Hal itu disampaikan Harald dalam jumpa pers di Aula Barat ITB, Jalan Ganesa, Senin (27/2/2012). Harald menjadi pembicara dalam acara International Conference on Biomedical Science Prospect and Challeng of Biomedical Research yang diselenggarakan oleh Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB pada 27-28 Februari 2012.
"Kanker serviks bisa dicegah 70 hingga 80 persen penularannya. Di antaranya menggunakan vaksinasi. Itu bisa dilakukan sejak remaja usia 9-14 tahun. Baik anak perempuan atau laki-laki," ujar Harald.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Vaksin tidak hanya untuk perempuan, namun juga untuk laki-laki," katanya. Karena meski kanker serviks menyerang kaum hawa, namun laki-laki bisa menjadi media penularan dari satu perempuan ke perempuan lain.
Vaksin untuk pencegahan kanker serviks tersebut diberikan sebanyak 3 kali dalam jarak waktu tertentu.
"Jika terkena virus kanker serviks, baru terasa 15-20 tahun kemudian karena tidak ada tanda awal," tutur peneliti asal Jerman itu.
Temuan Harald atas virus dan hubungannya dengan kanker serviks tersebut telah mendorong pengembangan vaksin-vaksin pencegahan.
Hingga saat ini Harald mengaku masih bekerja menjadi peneliti meski telah pensiun. Kini ia tengah meneliti dan mempelajari virus papiloma dan leukimia. Ingin ingin mencoba memisahkan semua virus yang ada untuk mengembangkan pencegahan dan diagnosa kesehatan agar lebih baik lagi.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Staf Ahli Menristek Bidang Kesehatan dan Obat, Amin Soebandrio menuturkan, penggunaan vaksin pencegah kanker serviks masih melakukan penelitian untuk melihat apakah tipe virus yang ada di Indonesia sama atau berbeda untuk melihat apakah vaksin sesuai atau tidak.
"Kita melakukan penelitian untuk melihat tipe-tipenya. Sama dengan luar negeri atau tidak, jadi vaksin sesuai atau tidak," katanya.
(tya/ern)