Pemasungan Barnas Pilihan Terakhir Keluarga

Pemasungan Barnas Pilihan Terakhir Keluarga

- detikNews
Rabu, 30 Nov 2011 16:09 WIB
Bandung - Ironi. Gambaran tersebut terjadi nyata pada Barnas Tisna Dinata (46). Pria yang dianggap gila ini  dipasung oleh keluarganya. Di tengah kehidupan era modern serta bertebaran rumah sakit jiwa, tindakan pemasungan ternyata masih berlaku bagi masyarakat perkotaan.

Barnas merupakan bagian kecil dari warga yang tinggal di Kota Bandung. Pria tersebut berdomisili di Jalan Cilimus, RT 7 RW 6, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Lokasinya tak jauh dari Terminal Ledeng melalui Jalan Sersan Bajuri.

Sudah empat tahun terakhir ini Barnas terpaksa dipasung. Pihak keluarga beralasan pemasungan itu lantaran perilaku Barnas yang meresahkan warga sekitar. Bapak dua anak itu kerap mengamuk. Menghancurkan rumah warga tanpa sebab.

"Kalau dibiarkan, justru bisa mengancam jiwa warga yang tinggal di lingkungan ini," jelas kakak kandung Barnas yakni Danu Tisna Dinata (49), saat ditemui di kediamannya, Jalan Cilimus, Rabu (30/11/2011).

Keluarga bukan berarti tidak memberi perhatian. Sejak tanda-tanda Barnas pada 2008 lalu mengalami perubahan, keluarga meboyongnya ke sejumlah rumah sakit jiwa. Padahal sebelumnya Barnas berperilaku normal. Gejala tak waras itu muncul setelah Barnas mengalami kecelakaan saat dibonceng rekannya memakai sepeda motor jelang pergantian tahun 2007 ke 2008.

"Dia jatuh dan kepalanya membentur aspal jalan. Selain itu kepala bagian kirinya tertancap batu kecil. Meski sudah diobati ke RSHS, hingga kini di bagian kepala kiri dia menyisakan bekas luka berlubang," ucap Danu.

Barnas kini hidup dalam pemasungan di sebuah bangunan bekas rumahnya tanpa lampu penerangan. Kaki kiri terikat rantai dan gembok. "Kalau dipasang lampu, dia suka memecahkan," ujarnya.

Barnas sebenarnya masih memiliki ingatan kuat. Dia masih bisa diajak berkomunikasi. Ditanya pun masih sanggup dijawab dengan ucapan tidak ngelantur.

"Waktu itu saya terpelanting. Saya jatuh dan kepala kena batu. Ini lihat," ucap Barnas sambil menunjukan kepalanya yang berlubang kepada detikbandung saat ditanya waktu terjadi kecelakaan.

Namun memang, obrolan terasa tak nyambung setelah berlama-lama terlibat berkomunikasi. Barnas mulai berbicara soal perwayangan seperti layaknya dalang. "Memang begitu. Awalnya nyambung, tapi 10 menit kemudian ngomongnya sudah lain," timpal Danu sebelum ditanya detikbandung soal perilakunya Barnas.

Danu yang mewakili pihak keluarga, mengatakan pemasungan terhadap adiknya tersebut menjadi pilihan terakhir. Selama ini, Danu mengaku, Bernas sudah sering bolak-balik rumah sakit jiwa. Pernah dirawat di RSJ Yudhistira, berobat ke RSJ Cisarua. Pernah sembuh dan sempat bekerja sebagai satpam sebuah perumahan pada 2009, tapi dia kumat lagi.

Pengobatan alternatif melalui 'orang pintar' juga sering dilakukan. Hasilnya tetap nihil. Dirawat di rumah bukannya membaik.

"Barnas bertindak beringas. Suka mengamuk dan merusak. Warga jadi resah," terang Danu.

Keluarga pun seolah sudah kehabisan cara. Belum lagi faktor biaya yang tidak memadai untuk mengobati Barnas. "Akhirnya, kami memutuskan memasung dia," tambah Danu.

Ia berkisah, pada 2009, istri Bernas yakni Iim tiba-tiba memutuskan ingin berpisah saat melihat kondisi suaminya seperti itu. Iim pun memboyong dua anaknya hasil pernikahan dengan Barnas ke Lembang. Padahal, kata Danu, saat ini kondisi Barnas sedikit mulai stabil

Situasi itu membuat kakak dan adik Barnas bersedih. Usai ditinggal istri dan anak, perilaku Barnas makin tidak terkendali.

(bbn/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads