"Kebanyakan asal Malangbong," tutur Agus (28). "Saya juga asalnya dari Malangbong," timpal Peni (42).
Agus dan Peni hanyalah segelintir dari perajin mebel di Jalan Gelap Nyawang yang berasal dari Malangbong. Bahkan, Agus mengatakan beberapa dari mereka berasal dari kampung yang sama. Kreasi ragam bentuk furnitur seperti meja dan lemari diracik dari tangan-tangan warga Malangbong ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peni menambahkan, sebagian besar perajin datang dan berusaha di tempat ini karena diajak oleh kerabat satu kampung mereka. Bahkan, beberapa dari mereka juga masih terikat oleh hubungan keluarga. "Yang masih punya hubungan keluarga juga banyak di sini," aku pria berkumis tebal ini.
Agus, Peni, dan para perajin lainnya datang ke Kota Bandung ini tidak dalam waktu bersamaan. Ada yang datang terlebih dahulu, kemudian disusul tetangga satu kampung mereka beberapa tahun kemudian. "Enggak barengan datang ke sininya," tutur Agus.
Lama-kelamaan, perajin dari daerah Jabar lain pun ikut serta dalam perputaran bisnis furnitur ini. Namun, sebagian besar dari mereka ikut serta karena mengikat tali hubungan keluarga dengan perajin yang berasal dari Malangbong ini.
Contohnya adalah Ende (30) yang menikahi adik perempuan dari Agus. Karena Ende menikahi adiknya Agus, Ende ikut dalam perputaran bisnis yang telah dilakukan keluarga Agus selama bertahun-tahun. Setelah menikah selama 2 tahun, selama itu pulalah Ende menjadi pembuat mebel.
"Semenjak menikahi adik saya, ia ikut dalam usaha ini," terang Agus.
Bedol desa, mungkin itulah yang dilakukan perajin dari berbagai kampung di Malangbong. Merantau untuk menjadi pembuat meja, rak, atau lemari di Bandung yang menargetkan mahasiswa menjadi pasar utama mereka.
(bbn/bbn)