"Kesimpulan sementara untuk cangkang kerang di Ciparea Selatan, yang ditemukan Edi, adalah karena dibawa orang ke sana lalu tertimbun. Karena menurut Edi yang menggali tanah, tanah itu adalah tanah urugan," kata Bachtiar yang mengaku berkunjung ke rumah Edi tadi pagi, Selasa (14/4/2009).
Menurut Edi, kata dia, lapisan tanah tempat ditemukannya cangkang kerang itu masih gembur, sejengkal lagi ke lapisan tanah yang padat atau biasa disebut cadas. Itu lah memperkuat dugaan jika kerang itu dibawa oleh orang, bukan hidup dan mati di lokasi tempat kerang ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesimpulan yang sama juga untuk kerang yang ditemukan Baron tiga tahun lalu di bantaran sungai. Dugaan itu, kata dia, diperkuat dengan posisi rel kereta api yang berada di samping tempat ditemukannya cangkang kerang.
"Menurut penduduk sekitar dulunya, rel kereta api letaknya lebih tinggi 1,5 meter dibandingkan dengan tanah di kedua sisinya. Kemudian masyarakat menyerbu daerah itu dan mengurugnya. Nah sekarang posisinya sejajar," jelasnya.
Dengan begitu, kata Bachtiar, lapisan tanah tempat ditemukannya cangkang kerang raksasa itu adalah tanah urugan. "Menurut Pak Baron kan dia baru menggali sekitar 1,3 meter, saat dia menemukan cangkang raksasa itu," ujar Bachtiar.
(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini