Amoeba Pemakan Otak Tewaskan Belasan di India, Gimana Penyebarannya?

Amoeba Pemakan Otak Tewaskan Belasan di India, Gimana Penyebarannya?

BBC Indonesia - detikNews
Rabu, 24 Sep 2025 14:56 WIB
bbc
Foto ilustrasi. Ameba pemakan otak bersel tunggal dapat masuk ke hidung saat berenang. (Vivek R Nair)
Jakarta -

Malam sebelum festival Onam di Negara Bagian Kerala, India, Sobhana (45) terbaring menggigil di dalam ambulans. Kondisinya nyaris tidak sadarkan diri ketika keluarganya melarikan Sobhana ke rumah sakit.

Beberapa hari sebelumnya, perempuan yang hidup dari berjualan jus buah di sebuah desa di Distrik Malappuram itu mengeluh pusing. Ia menduga akibat tekanan darah tinggi. Dokter meresepkan obat dan mengirimnya pulang.

Namun, kondisinya memburuk secara drastis: rasa tidak nyaman berubah menjadi demam, demam menjadi gemetar menggigil hebat, sampai akhirnya Sobhana meninggal dunia tepat ketika festival dimulai pada 5 September.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah ditelusuri, penyebab kematian Sobhana rupanya disebabkan Naegleria fowleri lebih dikenal sebagai ameba atau amoeba pemakan otak yang masuk ke tubuh melalui hidung melalui air tawar.

Kasus ini rupanya cukup langka di Kerala, India sehingga kebanyakan dokter sukar mendeteksi karena tidak pernah menemui kasus semacam ini sepanjang karier mereka.

ADVERTISEMENT

"Kami tidak berdaya untuk menghentikannya. Kami baru mengetahui penyakit itu setelah kematian Sobhana," kata Ajitha Kathiradath, sepupu korban dan seorang pekerja sosial terkemuka.

Tahun ini, jumlah orang yang terdiagnosa infeksi ameba tersebut mencapai lebih dari 70 pasien dari usia tiga bulan hingga 92 tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 19 orang meninggal dunia.

Bagaimana ameba pemakan otak berkembang?

Naegleria fowleri merupakan organisme bersel tunggal yang hidup dan berkembang biak dengan memakan bakteri di air tawar yang hangat.

Organisme ini menyebabkan infeksi otak yang dikenal sebagai meningoensefalitis amoeba primer (PAM). Efek infeksinya pun hampir selalu fatal.

Ameba ini umumnya masuk melalui hidung, biasanya ketika seseorang berenang di air tawar, yang menjadi tempat hidup Naegleria fowleri. Setelah masuk ke dalam tubuh melalui hidung, ameba cepat merusak jaringan otak.

Sebagian besar dokter tidak pernah menemui kasus seperti ini seumur hidup mereka karena saking langkanya.

Hingga saat ini, hanya 488 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia sejak 1962. Sebagian besar terjadi di Amerika Serikat, Pakistan, dan Australia. Sekitar 95% dari korban yang terinfeksi meninggal dunia.

Di Kerala, infeksi ameba ini mulai terdeteksi pada 2016. Saat itu, hanya satu atau dua kasus per tahun. Hingga baru-baru ini kasus tersebut mulai berakibat fatal.

Akan tetapi, tingkat kesembuhannya meningkat sejak tahun lalu. Penyakit akibat ameba ini ditemukan 39 kasus pada tahun lalu dengan tingkat kematian 23%.

Tahun ini, meski jumlah kasusnya lebih banyak mencapai 70 kasus, tapi tingkat kematiannya hanya sekitar 24,5%.

Naegleria fowleri adalah amoeba (organisme hidup bersel tunggal) yang hidup di tanah dan air tawar hangat, seperti danau, sungai, dan mata air panas. Amoeba ini sering disebut sebagai

Naegleria fowleri atau ameba pemakan otak hidup di danau, sungai, dan mata air panas. (Universal Images Group via Getty Images)

Menurut para dokter, peningkatan jumlah kasus mencerminkan deteksi yang lebih baik dari kinerja laboratorium yang canggih.

"Kasus-kasus meningkat tetapi kematian menurun. Strategi pengujian agresif dan diagnosis dini telah meningkatkan kelangsungan hidup. Ini suatu pendekatan yang unik di Kerala," ucap Aravind Reghukumar, kepala penyakit menular di Medical College and Hospital di Thiruvananthapuram.

Baca juga:

Deteksi dini memungkinkan pengobatan khusus, seperti kombinasi obat antimikroba dan steroid yang menargetkan ameba, yang dapat menyelamatkan nyawa.

Saat ini, ilmuwan telah mengidentifikasi sekitar 400 spesies ameba bebas, tapi hanya enam yang diketahui dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk Naegleria fowleri dan Acanthamoeba. Adapun kedua ameba ini dapat menginfeksi otak.

Di Kerala, laboratorium kesehatan masyarakat kini dapat mendeteksi lima jenis patogen utama, kata para pejabat.

Bagaimana upaya pencegahan penyebaran ameba pemakan otak di Kerala?

Pemerintah daerah juga telah memasang papan peringatan di sekitar kolam untuk melarang berenang atau mandi. Berlandasakan pada Undang-Undang Kesehatan Masyarakat, pemerintah juga berupaya menerapkan klorinasi rutin kolam renang dan tangki air disertai pengawasan yang ketat.

Akan tetapi, langkah klorinasi ini rupanya berpotensi mematikan habitat lain, seperti ikan misalnya. Di sisi lain, pengawasan tiap sumber air desa di negara yang berpopulasi lebih dari 30 juta orang ini tidak lah mudah.

Kolam ini terletak di desa Sobhana, Kabupaten Malappuram. Pengumuman dari dinas kesehatan menyatakan bahwa berenang dan mandi di kolam tersebut dilarang hingga pemberitahuan lebih lanjut. Papan peringatan yang melarang orang masuk ke kolam dipasang di depan Kolam Pathiriyal Valiya di desa Thiruvali, Kabupaten Malappuram, setelah kematian seorang wanita akibat Amoebic Meningoencephalitis.Nebula NPPapan peringatan di kolam di Kerala yang melarang publik berenang setelah kematian seorang perempuan akibat meningoensefalitis amoebik.

Ketergantungan yang tinggi pada air tanah, baik melalui kolam dan sumur, di Asia bagian selatan, termasuk India, membuatnya sangat rentan tercemar ameba pemakan otak ini. Sebab ameba pemakan otak mudah berkembang biak di air tanah dan air tawar.

Kerala memiliki hampir 5,5 juta sumur dan 55.000 kolam. Jutaan warga mengandalkan sumur sebagai sumber air harian mereka dan menganggap sumur dan kolam sebagai tulang punggung kehidupan mereka, tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang terjadi.

"Beberapa infeksi terjadi pada orang yang mandi di kolam, bahkan dari kolam renang. Bisa juga tertular melalui pembilasan hidung dengan air yang merupakan ritual keagamaan," kata Anish TS, seorang epidemiolog terkemuka.

Oleh karena itu, otoritas kesehatan masyarakat telah berusaha merespons dengan mengampanyekan klorinasi kolam pada 2,7 juta sumur di akhir Agustus.

Baca juga:

Para pejabat pun kini lebih menekankan pada kesadaran daripada pelarangan.

Masyarakat didesak untuk membersihkan tangki dan kolam secara rutin, menggunakan air hangat yang bersih untuk membersihkan hidung, menjauhkan anak-anak dari alat penyiram air di taman, dan menghindari kolam yang tidak aman.

"Ini adalah masalah yang sulit. Di beberapa tempat seperti tempat sumber air panas, papan peringatan dipasang untuk memperingatkan kemungkinan adanya amoeba dalam sumber air. Tapi tidak serta merta membuat warga mematuhinya," kata Dennis Kyle, seorang profesor penyakit menular dan biologi seluler di Universitas Georgia, kepada BBC.

"Dalam lingkungan yang diawasi secara rutin, klorinasi bisa efektif mengurangi infeksi dan dapat menjangkau kolam renang hingga tempat pemandian," ujarnya.

Apa ada hubungannya dengan perubahan iklim?

Para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim memperkuat risiko infeksi.

Air yang lebih hangat, musim panas yang lebih panjang, dan kenaikan suhu menciptakan kondisi ideal bagi amoeba ini.

Menurut Profesor Anish TS, kenaikan suhu 1 derajat celsius saja bisa memicu penyebaran Naegleria fowleri di iklim tropis Kerala. Selain itu, polusi air menyediakan makanan bagi bakteri yang dikonsumsi oleh ameba.

Remaja laki-laki menggunakan rakit untuk menyebrangi kanal di KeralaAbhishek Chinnappa/Getty ImagesKerala memiliki hampir 5,5 juta sumur dan 55.000 kolam.

Dengan semua tantangan ini, Dr. Kyle Dennis, seorang profesor penyakit menular di University of Georgia, mencatat bahwa beberapa kasus di masa lalu mungkin tidak terdeteksi, sehingga ameba ini tidak diidentifikasi sebagai penyebabnya.

Ia juga menjelaskan bahwa kombinasi obat saat ini masih "sub-optimal" dan bahwa "kami tidak memiliki data yang cukup untuk menentukan apakah semua obat tersebut benar-benar membantu atau diperlukan".

Kerala mungkin berhasil mendeteksi lebih banyak pasien dan menyelamatkan lebih banyak nyawa, tetapi pelajaran dari kasus ini tidak hanya berlaku di negara bagian tersebut.

Perubahan iklim dapat mengubah peta penyebaran penyakit, dan bahkan patogen paling langka pun mungkin dapat menyebar dalam waktu dekat.

Simak juga Video 'Peluncuran iPhone 17 Disambut Antrean Panjang di India':

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads