Kesaksian Ngeri Penyintas Kekerasan Seksual Sekte Jesus Army di Inggris

BBC Indonesia - detikNews
Minggu, 03 Agu 2025 13:23 WIB
Noel Stanton, pemimpin kelompok Jesus Fellowship, meninggal pada tahun 2009 dan tak pernah dituntut atas kejahatan yang dituduhkan (via BBC)
Jakarta -

Jesus Army adalah sebuah komunitas Kristen kecil yang bercita-cita menciptakan surga di Bumi. Namun kelompok ini berubah menjadi sekte yang melakukan pelecehan seksual dan kekerasan fisik secara berulang kali.

Gereja Jesus Army merekrut ribuan orang untuk tinggal di berbagai komunitas puritan tertutup di sejumlah daerah di Inggris, yaitu Northamptonshire, London, dan Midlands.

Komunitas ini disebut sebagai salah satu kelompok aliran paling kejam di Inggris.

Komunitas ini muncul dengan nuansa hippie ketika mereka dikenal sebagai Jesus Fellowship. Mereka kemudian berubah menjadi Jesus Army pada akhir 1980-an lalu runtuh secara mengejutkan pada era 2000-an.

Pada akhir eksistensi mereka itulah, kehidupan orang-orang di dalam komunitas Jesus Army mulai terungkap. Dua penyintas membagikan pengalaman mereka kepada BBC.

'Mengerikan sekali'

Berawal dari sebuah pastoran kapel kecil di Northamptonshire pada tahun 1969, Jesus Army berkembang pesat secara keanggotaan dan kekuatan ekonomi.

Pada puncaknya, kelompok ini memiliki lebih dari 2.000 anggota, ratusan di antara mereka tinggal bersama di rumah-rumah komunal di seluruh Inggris bagian tengah.

Kelompok ini menjanjikan "ciptaan baru" kepada para tunawisma dan kelompok rentan. Syaratnya, mereka harus memiliki "gaya hidup saleh" yang sepenuhnya didedikasikan untuk tujuan tersebut.

Orang-orang yang tinggal bersama dalam rumah sekte ini menjalani rutinitas kerja dan ibadah yang intens. Semua pendapatan yang mereka hasilkan dialokasikan untuk dana bersama, dan semuanya dibagi, mulai dari pakaian dalam hingga pengasuhan anak.

Di komunitas ini, anak-anak dapat didisiplinkan oleh orang dewasa mana pun, sementara kaum muda dan pendatang baru diberi seorang "gembala" laki-laki untuk mengawasi perkembangan rohani mereka.

Pada usia 12 atau 13 tahun, anak-anak seringkali dipisahkan dari orang tua mereka.

Carroll Weston/BBCJohn Everett, mantan anggota Jesus Fellowship, mendokumentasikan pengalamannya dalam sekte tersebut.

Bagi John Everett, semuanya berawal dari impian tentang kehidupan berkomunitas.

"Saya selalu mendambakan gaya hidup yang tidak materialistis," ujarnya.

"Saya merasa mengejar kekayaan tidak menghasilkan kebahagiaan. Saya tidak terikat pada harta benda seperti yang tampaknya dimiliki banyak teman saya," kata John.

Pada tahun 1976, di usia 18 tahun, John diberi tahu bahwa di desa Bugbrooke, dekat Northampton, Inggris bagian tengah, seorang pendeta Kristen bernama Noel Stanton menciptakan "gaya hidup berkomunitas" yang telah menarik ratusan anak muda.

Setelah menabung, John pergi dari rumahnya di Kent untuk merasakannya sendiri dan segera menemukan daya tarik komunitas itu.

"Saya ingat seorang anak laki-laki bernama Andy di kebun. Dia sedang menyiangi rumput dan saya ingat ia bernyanyi saat melakukan itu.

"Itulah hal pertama yang benar-benar menyentuh saya, betapa bahagianya semua orang. Saya merasa itulah yang saya dambakan," ucapnya.

Namun untuk menjalani kehidupan seperti itu, pengorbanan harus dilakukan karena dia baru saja mengetahui bahwa hiburan apa pun tidak disukai oleh anggota komunitas ini.

"Jadi tidak ada lagi film, tidak ada lagi televisi. Dan sejak saat itu, saya harus berhenti mendengarkan musik."

BBCTempat di mana sekte Jesus Fellowship memulai aktivitas mereka.

Namun setelah beberapa saat, John mulai ragu, antara lain karena dia melihat bagaimana anak-anak diperlakukan di komunitas itu.

John membuat klaim, anak-anak di bawah umur dihukum dengan cambuk. Perlakuan itu diklaim sebagai "bentuk koreksi yang penuh kasih sayang".

"Mereka membawa seorang anak laki-laki kecil menjauh dari meja makan untuk menghukumnya dan kami semua bisa mendengar jeritannya," kata John.

"Mereka memukulnya, setidaknya enam kali, sungguh mengerikan. Itu adalah peristiwa memalukan bagi anak laki-laki itu. Itu memalukan bagi semua orang. Mengerikan," ujarnya.

John sejak saat itu mendokumentasikan apa yang dia lihat dan dengar selama tinggal bersama sekte Jesus Fellowship.

John akhirnya memutuskan keluar dari komunitas itu. Dia lantas dicap sebagai pengkhianat dan semua anggota kelompok itu dilarang menghubunginya.

'Kamu berdosa karena kamu perempuan'

Anggota komunitas itu hidup di bawah otoritas penuh sang pendiri gerakan, Noel Stanton. Dia digambarkan sebagai seorang fanatik yang setiap hari berkhotbah tentang dosa kedagingan dan mengutuk anggota yang mereka anggap malas dan "ditakdirkan masuk neraka".

Komunitas ini lantas berkembang menjadi perusahaan besar. Mereka membuka toko-toko, menjalankan bisnis, termasuk dua lahan pertanian besar yang menghasilkan jutaan dolar setiap tahun.

Kantor pusat sekte ini berada di New Creation Hall, sebuah rumah pertanian di Bugbrooke, London barat laut, tempat Noel Stanton tinggal.

Saat masih anak-anak, Philippa, mantan anggota sekte ini, berkunjung bersama keluarganya untuk melihat kehidupan di sana. Mereka pindah permanen ke desa itu pada tahun 1986.

Di desa itu, Philippa dan keluarganya tinggal beberapa rumah dari kediaman Noel Stanton.

"Anda benar-benar bisa merasakan pengaruhnya," kata Philippa. "Saya tidak perlu berada di dalam."

Annabel Amos/BBCPhilippa membentuk sebuah kelompok untuk para penyintas Jesus Army.

Banyak remaja, termasuk kakak laki-laki Philippa, dipisahkan dari keluarga mereka dan ditempatkan di lokasi lain.

Semua ini merupakan bagian dari keyakinan Noel Stanton bahwa keluarga Allah lebih penting daripada keluarga biologis.

Philippa mengatakan, ketika dia berusia 12 atau 13 tahun, dia menyadari bahwa seorang teman seusianya mengalami pelecehan seksual.

"Mereka terus-menerus mengatakan bahwa kamu berdosa karena menjadi seorang perempuan. Bahwa kamu mengalihkan perhatian pria dari Tuhan," kata Philippa.

"Mereka menyebutmu Izebel. Noel meremehkanmu setiap kali kesempatan muncul. Dan siapa yang akan percaya bahwa seorang pria, seorang pria tua, tega melakukan itu?" ujarnya.

Namun akhirnya, saat masih remaja, Philippa bersaksi di pengadilan melawan seorang laki-laki lanjut usia yang menjadi anggota pertama Jesus Army.

Laki-laki itu akhirnya dihukum karena terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap seorang remaja.

Philippa mengaku ditolak oleh para pemimpin dan melarikan diri dari kelompok tersebut sebelum akhirnya dia mendirikan Asosiasi Penyintas Jesus Army.

BBCJesus Army melarang anggotanya membawa kamera. Konsekuensinya, Philippa hanya memiliki beberapa foto masa kecilnya.

Ketika Jesus Army bubar tak lama setelah kematian Noel Stanton pada tahun 2009, tuduhan berbagai kekerasan seksual terhadap anak-anak muncul terhadapnya.

Jesus Fellowship akhirnya bubar pada tahun 2019 setelah serangkaian kasus pelecehan seksual yang menjadi sorotan publik.

Sebuah laporan yang disusun Jesus Fellowship Community Trust (JFCT), sebuah kelompok yang bertugas menangani masalah-masalah gereja, mengungkapkan bahwa setidaknya satu dari enam anak di Jesus Army telah mengalami pelecehan seksual oleh selama berada di sekte tersebut.

BBCGereja tersebut mendirikan kantor pusatnya di New Creation Hall, tempat Noel Stanton juga tinggal.

Beberapa orang yang menjadi terdakwa, termasuk 162 mantan pemimpin gereja ini, diyakini berperan dalam sejumlah kasus yang dituduhkan mantan anggota mereka.

Kepolisian Northamptonshire sekarang sedang menghubungi otoritas setempat terkait untuk menentukan pengamanan untuk para penyintas.

JFCT menyatakan penyesalannya atas "dampak buruk yang serius" selama 50 tahun terhadap bekas pengikut sekte Jesus Army. Mereka pemerintah membuat program pendampingan yang memungkinkan penyintas "menatap masa depan".

Hingga saat ini, sekitar 12 mantan anggota Gereja Jesus Fellowship telah dihukum karena kekerasan seksual dan kejahatan lainnya.

Lihat juga Video 'Korban Dugaan Pelecehan Seksual di UP Ngaku Diintimidasi-Dimutasi':




(haf/haf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork