5 Momen Penting Ketika Hak Perempuan Afghanistan Dihancurkan Taliban

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 21 Agu 2023 13:14 WIB
Jakarta -

"Kami akan mengizinkan perempuan untuk belajar dan bekerja dalam kerangka kerja kami. Perempuan akan menjadi sangat aktif dalam masyarakat kami," kata Taliban dalam konferensi pers pertama mereka, tak lama setelah merebut kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus 2021.

Dua tahun kemudian, jaminan-jaminan itu dihancurkan dengan tegas oleh tindakan-tindakan yang diambil pemerintah Taliban.

Penindasan hak-hak perempuan di bawah pemerintahan Taliban adalah yang paling keras di dunia, dilakukan melalui serangkaian keputusan berbasis agama yang dikeluarkan tanpa henti dan peraturan-peraturan daerah yang terus diberlakukan di seluruh Afghanistan.

Selama momen-momen itu, BBC berada di lapangan untuk berbicara dengan anak-anak dan para perempuan Afghanistan - mendokumentasikan kesedihan, ketakutan, harapan, dan tekad saat hidup dan dunia mereka dibatasi.

BBC

September 2021 - Larangan untuk anak perempuan di sekolah menengah

Indikasi pertama sikap Taliban terhadap perempuan muncul sebulan setelah mengambil alih kekuasaan di Afghanistan. Sekolah menengah dibuka untuk anak laki-laki, tapi akses pendidikan untuk anak perempuan tidak disebutkan Kementerian Pendidikan.

"Kami diberitahu untuk tidak menghadiri kelas," kata seorang mahasiswi berusia 17 tahun kepada kami di Kabul pada saat itu.

"Selama 11 tahun, meski menghadapi risiko kekerasan, saya bekerja keras agar bisa menjadi dokter. Saya sangat terpukul," ujarnya terisak sambil melambaikan tangan kepada saudara laki-lakinya yang berangkat ke sekolah.

Pada minggu yang sama, pegawai perempuan dari administrasi Kota Kabul diberitahu oleh wali kota untuk tetap tinggal di rumah. Hanya mereka yang melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh laki-laki, yang diizinkan untuk melanjutkan kariernya.

Namun tetap saja, beberapa perempuan merasakan ada harapan kala itu. "Mereka membiarkan universitas tetap buka, jadi saya pikir mereka akan segera mengubah kebijakannya," kata seorang mahasiswa kepada kami.

Saat itu, kami mengunjungi markas polisi moral Taliban, Kementerian Dakwah dan Pencegahan Kejahatan. Kementerian itu didirikan di kompleks yang sama dengan gedung Kementerian Urusan Perempuan rezim sebelumnya dulu berdiri. Kementerian itu dihapuskan oleh Taliban beberapa minggu setelah mereka mengambil alih kekuasaan.

Waktu itu kami diberi tahu bahwa perempuan diizinkan masuk ke dalam kementerian, tetapi kami tidak melihat satupun perempuan.

"Mengapa Anda menutup sekolah untuk anak perempuan?" Saya bertanya kepada seorang juru bicara Taliban yang duduk di kompleks itu, dikelilingi oleh para petempur Taliban.

"Gadis-gadis itu sendiri yang tidak pergi ke sekolah," jawabnya.

Saat dicecar, dia berkata: "Kami akan membuka sekolah untuk anak perempuan di seluruh negeri. Kami bekerja untuk memperbaiki situasi keamanan."

Baca juga:

Desember 2021 hingga Maret 2022 - Pembatasan perjalanan dan ingkar janji membolehkan anak perempuan mengenyam pendidikan menengah

Foto sekolah perempuan di Kandahar pada 2011 (foto atas) dan pada pekan ini (foto bawah). (BBC)

Para perempuan menanggapi pembatasan dengan berdemo di jalan-jalan kota Afghanistan, menuntut hak untuk bekerja dan belajar. Pada beberapa kesempatan, mereka dihentikan dengan keras oleh pemerintah Taliban.

"Saya diikat dengan kabel listrik," kata seorang pengunjuk rasa kepada kami dalam pertemuan rahasia di salah satu rumah temannya. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena takut tertangkap.

Pada Januari 2022, setidaknya empat aktivis perempuan ditahan - mereka ditahan selama berminggu-minggu dan dipukuli dalam tahanan.

Pembatasan dilakukan secara bertahap. Pada Desember 2021, Kementerian Kebajikan dan Wakil Pemerintah memerintahkan agar perempuan yang bepergian dengan jarak lebih dari 72 kilometer harus didampingi oleh kerabat dekat laki-laki.

Lalu tiba-tiba, ada secercah harapan.

Baca juga:

Pada 21 Maret 2023, Kementerian Pendidikan Taliban mengumumkan "semua pelajar" bakal bisa kembali ke sekolah pada awal semester tahun akademik baru.

Beberapa pejabat Taliban memberi tahu kami bahwa sekolah perempuan akan dibuka lagi.

Dua hari kemudian, tim BBC menyaksikan para siswa perempuan masuk ke sekolah Sayed ul Shuhada, menyeka debu yang menempel di atas meja mereka dan berceloteh dengan gembira saat mereka kembali ke ruang kelas. Namun, dalam hitungan menit, suasana berubah.

Seorang pejabat pendidikan Taliban setempat menyebarkan pesan WhatsApp kepada kepala sekolah, mengatakan sekolah menengah putri akan tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Banyak siswa menangis. "Negara macam apa ini? Apa dosa kami?" kata seorang bernama Fatima.

Pemerintah Taliban sendiri bersikap hati-hati saat menjelaskan tindakannya - menyebut mereka kembali ke nilai-nilai tradisional Islam dan Afghanistan.

Sementara itu, banyak ulama ultra konservatif, tetua suku, dan pengikut mereka adalah bagian dari basis dukungan pemerintah yang membantu mereka merebut kekuasaan di Afghanistan.

Kami diberi tahu bahwa ada kekhawatiran di dalam tubuh pemerintahan sendiri bahwa pemerintah dapat kehilangan dukungan tersebut jika melakukan tindakan apa pun, yang bertentangan dengan kepercayaan para senior.

Mei 2022 - Aturan baru dalam berpakaian diberlakukan

Berani! Perempuan Afganistan tidak akan diam lagi' (foto atas), kini telah diganti dengan pesan: 'Jika perempuan Afganistan mengetahui nilai dirinya, dia akan menutupi dirinya.' (foto bawah yang diambil pada 13 Agustus 2023)." width="976" />Nava Jamshidi/BBCGrafiti pra-Taliban di Kabul: 'Berani! Perempuan Afganistan tidak akan diam lagi' (foto atas), kini telah diganti dengan pesan: 'Jika perempuan Afganistan mengetahui nilai dirinya, dia akan menutupi dirinya.' (foto bawah)

Tidak sampai dua bulan kemudian, tepatnya pada 7 Mei 2022, pemerintah mengumumkan sebuah dekrit yang disahkan oleh pemimpin tertinggi Mullah Haibatullah Akhundzada, yang mewajibkan perempuan untuk mengenakan pakaian yang menutup kepala hingga ujung kaki.

"Perempuan yang tidak terlalu tua atau muda harus menutupi wajah mereka, kecuali mata," bunyinya.

Ia juga memerintahkan agar anggota keluarga laki-laki memastikan perempuan dan anak perempuan patuh, atau mereka akan menghadapi tindakan tertentu.

Di lapangan, kami bisa melihat perubahan jumlah perempuan yang terlihat di jalanan, dan cara mereka berpakaian.

Baca juga:

Para perempuan yang tadinya mengenakan tunik panjang warna-warni, hijab, jin, dan sepatu hak tinggi mengatakan kepada kami bahwa mereka mulai mengenakan abaya (gaun) hitam longgar, hijab, masker bedah untuk menutupi wajah, dan sepatu kets atau sepatu bot.

Lebih banyak perempuan juga mulai mengenakan burka hitam.

"Kami tidak peduli apa yang harus kami kenakan jika mereka mengizinkan kami untuk belajar dan bekerja," jelas seorang perempuan.

Sementara para perempuan mulai menghilang dari tempat umum, jumlah perempuan miskin, yang disingkirkan dari dunia kerja dan kehilangan kemampuannya untuk memberi makan keluarga mereka, semakin banyak terlihat di jalan-jalan meminta bantuan.

Kami mulai mendengar semakin banyak gadis yang dipaksa menikah dini oleh keluarga mereka karena gadis-gadis itu tidak bisa mendapatkan pendidikan atau pekerjaan.

Oktober hingga Desember 2022 - Dilarang dari universitas, ruang publik, dan menjadi pekerja LSM

BBCDanau Qargha pada September 2020, terlihat perempuan di perahu (foto atas) dan Agustus 2023 hanya terlihat pria (foto bawah).

Pada Oktober 2022, beberapa bulan telah berlalu tanpa pembatasan baru yang besar. Ketika mereka mengizinkan anak perempuan, termasuk mereka yang belum menyelesaikan tahun terakhir sekolahnya, untuk mengikuti ujian masuk universitas, harapan mulai muncul kembali.

Dalam percakapan kami dengan para pemimpin Taliban, kami menemukan perpecahan yang jelas di dalam Taliban, terkait pendidikan perempuan.

"Beberapa cendekiawan memiliki masalah dengan anak perempuan yang bersekolah. Pemerintah sedang mencoba untuk membangun konsensus dan menyelesaikan masalah ini," kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid kepada kami selama wawancara.

Namun, pemimpin tertinggi Taliban yang berbasis di Kandahar terus mengeraskan pendiriannya, secara signifikan memperkecil kebebasan perempuan pada akhir tahun.

Baca juga:

Pada November, seorang juru bicara Kementerian Kebajikan memberi tahu kami bahwa perempuan dilarang dari taman-taman di Kabul karena mereka tidak mengikuti syariah.

Kami sering melihat keputusan yang diumumkan untuk satu kota selalu diterapkan di seluruh Afghanistan - seperti halnya larangan taman.

Kali ini, ketika kami mengunjungi kementerian, kami diberitahu bahwa perempuan tidak lagi diperbolehkan masuk - kami hanya dibebaskan sebagai orang asing.

Di dekatnya, dari atap sebuah restoran yang menghadap ke taman hiburan di Kabul, kami melihat para ayah dengan anak-anak mereka, pejuang Taliban, dan sekelompok anak laki-laki menikmati malam, tanpa terlihat seorang perempuan pun.

Para perempuan juga dilarang masuk ke pusat kebugaran, kolam renang, dan pemandian umum.

"Setiap hari, sebagai anak perempuan di Afghanistan, setiap kami bangun tidur, selalu ada pembatasan baru," kata seorang siswa perempuan kepada kami.

"Saya beruntung saya menyelesaikan sekolah menengah sebelum Taliban datang, tapi sekarang saya takut universitas juga akan ditutup untuk perempuan."

Dan dia benar. Pada 20 Desember 2022, menteri pendidikan tinggi Taliban memerintahkan agar semua universitas negeri dan swasta segera menangguhkan semua pendidikan perempuan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Empat hari kemudian, muncul pengumuman lainnya yang lebih keras. Kementerian Ekonomi Taliban mengatakan kepada semua LSM lokal dan internasional yang beroperasi di Afghanistan untuk meminta karyawan perempuan mereka berhenti bekerja atau izin mereka dicabut.

Juli 2023 - Salon kecantikan dilarang

Nava Jamshidi/BBCSeorang perempuan menyapu salon kecantikan yang dipaksa tutup (foto atas) dan membuka kembali salon rahasia di rumah (foto bawah).

Beberapa ruang terakhir, di mana perempuan bisa berkumpul jauh dari pengawasan Taliban, adalah salon rambut dan kecantikan.

Namun, pengumuman pemerintah Taliban pada 4 Juli yang memerintahkan penutupan salon perempuan tidak mengejutkan kebanyakan orang.

Sekitar 60.000 perempuan diperkirakan bekerja di salon.

"Itu satu-satunya sumber pendapatan keluarga saya. Suami saya punya masalah kesehatan dan tidak bisa bekerja. Bagaimana saya akan memberi makan anak-anak saya?" salah satu pemilik salon memberi tahu kami.

Terlepas dari risikonya, dia memutuskan untuk menjalankan salon di rumah karena dia mengatakan tidak ada pilihan lain.

Kami melihat beberapa perempuan menemukan cara untuk menjalani hidup mereka di tengah pembatasan. Sekolah rahasia bawah tanah beroperasi di beberapa bagian negara. Beberapa LSM masih mempekerjakan perempuan yang mencoba menyelinap di bawah radar.

Perempuan diizinkan bekerja di bidang keamanan, kesehatan masyarakat, seni dan kerajinan, dan beberapa bidang lainnya.

Dan sesekali, terlepas dari risiko penahanan dan kekerasan yang sangat besar, kelompok perempuan Afghanistan terus melakukan protes di jalanan, meninggikan suara mereka.

Salah satu dari mereka mengatakan kepada kami: "Kami bukan perempuan yang sama, yang ditindas Taliban 20 tahun lalu. Kami telah berubah dan mereka harus menerimanya, bahkan jika kami harus menyerahkan hidup kami untuk itu."




(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork