
Charles Fox
Dari tahun 1975 hingga 1979, rezim Khmer Merah di Kamboja, di bawah pemerintahan pemimpin ultra-komunis Pol Pot, diklaim telah merenggut nyawa hingga dua juta orang.
Jutaan orang dipaksa meninggalkan kota untuk bekerja pada pertanian komunal di pedesaan dan dampaknya seluruh keluarga meninggal karena dieksekusi, kelaparan, penyakit, dan kerja berlebihan.
Keluarga Rama, seperti banyak lainnya, kehilangan anggota keluarga terdekatnya. Krishna Rama terbunuh dalam bulan-bulan terakhir rezim yang ambruk dan kemudian menyerah.
- Pria yang memotret sejuta foto
- Melihat sejarah Indonesia lewat foto-foto lama di media sosial
- Foto-foto palsu di buku yang diluncurkan militer Rohingya
Namun keluarga itu telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi foto-foto berharga mereka, menguburnya sehingga tidak akan ditemukan oleh Khmer Merah.

"Ayah adalah pria luar biasa - walaupun masa saya bersamanya tidak lama, dia mendidik saya begitu banyak dan saya berharap saya dapat menghayati nilai-nilai itu dan sudah saya tularkan kepada saudara-saudara dan anak saya. Ayah dibawa/dibunuh pada musim panas 1977. Tuduhan kejahatan yang ditimpakan pada ayah saya karena menjadi orang berpendidikan," kata Vira. (Charles Fox)
"Kami mengubur lembaran-lembaran foto itu demi menyembunyikan identitas keluarga terkait kehidupan khusus kami sebelum Khmer Merah berkuasa," kata Vira Rama.
"Khmer Merah akan melakukan pencarian acak, mereka mencari bukti keterikatan masyarakat kepada kotanya."
Rezim bertekad membersihkan masyarakat dari kekayaan, status dan pendidikan.

Rezim ini ambruk pada Januari 1979 dan Khmer Merah melebur kembali ke masyarakat.
Seperti banyak keluarga lainnya, keluarga Rama melakukan perjalanan berbahaya ke kamp-kamp pengungsi di perbatasan Thailand, tetapi tidak sebelum mereka menemukan foto-foto mereka yang terkubur.
Keluarga Rama beruntung, lantaran menerima sponsor dari dua dokter Amerika Serikat yang bekerja di kamp pengungsi di Thailand.

Singkatnya, pada 2015 di Phnom Penh, fotografer Charles Fox, yang telah bekerja di Kamboja sejak 2005, menerima email terkait proyeknya Found Cambodia, yang mencari foto-foto keluarga sebelum dan sesudah Khmer Merah.
"Saya bertanya-tanya apakah ada yang mau mengirimkan foto-foto untuk kepentingan arsip kami," kata Charles.

"Saya tidak ingat kapan atau di mana foto ini diambil," kata Sundaram Rama. "Dilihat dari foto ini, saya pasti berumur satu tahun, 49 tahun yang lalu. Saya senang melihat foto saya dan orang tua saya, terutama ayah saya, karena saya adalah orang terakhir yang melihatnya sebelum Khmer Merah membawanya pergi. Saya sangat sayang ayah." (Charles Fox)

Vira (kanan) bergandengan tangan dengan saudaranya, Monyroth. (Charles Fox)
"Keluarga Rama adalah yang pertama dan kisah mereka adalah salah satu hubungan paling menyedihkan yang pernah saya temui dalam proyek ini," kata Charles, yang sekarang membagi waktunya dan tinggal di Inggris dan Kamboja.
Selama empat tahun, Fox berbicara panjang lebar dengan Vira, dan istrinya Fe dan keluarganya, tentang betapa pentingnya koleksi foto-foto mereka.
Foto-foto itu sekarang telah diterbitkan oleh Charles dalam sebuah buku berjudul Buried.
Bagi Vira pesannya tetap sederhana: "Ini adalah kisah foto kehidupan keluarga saya sebelum dan sesudah rezim Khmer Merah."
"Ini tentang keluarga saya, dan banyak keluarga lain seperti kami, yang bertahan dalam melalui kesulitan perang, berjuang, berkorban, dan dengan harapan dan optimisme baru menemukan penyembuhan, pengampunan, kedamaian, dan kebahagiaan."
"Foto-foto ini berkisah tentang perjalanan kami menuju kehidupan baru."

Kakek Vira dari garis ibunya, Na Tao Ky, (1916-1978). Dia tidak selamat dari rezim Khmer Merah. (Charles Fox)

Saudara Vira, Monyroth, di hari saat mereka meninggalkan kamp Lumpini untuk menuju Filipina. (Charles Fox)

Di Pusat Pemrosesan Pengungsi Filipina, dekat Morong, Bataan, pada 1981, tempat keluarga itu tinggal selama empat bulan saat mereka bersiap untuk tinggal dan menetap di AS. (Charles Fox)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saudara perempuan Vira, Sundary, dan saudara lainnya, Nadirak, serta anak-anak Khmer lainnya sedang menari di sebuah acara di City Park, New Orleans pada 1982. (Charles Fox)
Hak cipta semua foto dalam artikel ini dipegang Charles Fox.