5 Spesies Baru Indonesia Punya Nama Unik, Termasuk Nama Terkait Ahok

5 Spesies Baru Indonesia Punya Nama Unik, Termasuk Nama Terkait Ahok

BBC Magazine - detikNews
Senin, 29 Jan 2018 17:41 WIB
Jakarta - Burung Myzomela irianawidodae -akan membuat kita tahu bahwa itu diambil dari nama Ibu Negara, namun cicak batu yang baru yang namanya diambil dari mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama tidak menggunakan julukan populernya, Ahok: Cnemaspis purnamai.

Keduanya merupakan bagian dari sekitar 25 spesies flora dan fauna baru yang ditemukan di Indonesia pada tahun lalu.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Hari Sutrisno mengungkapkan, ada sekitar 25 spesies flora dan fauna baru yang ditemukan oleh para peneliti LIPI. Hasil temuan spesies baru itu dipublikasikan dalam buku yang dirilis lembaga itu tiap tahunnya.

"Yang paling banyak ada ikan, serangga, burung dan tanaman. Relatif berasal dari Indonesia bagian timur sih, jelas Hari kepada BBC Indonesia, Rabu (24/01).

Hingga kini, para peneliti masih mengeksplorasi spesies-spesies baru, terutama di wilayah timur Indoensia yang nota bene masih belum banyak dijelajahi.

"Memang masih banyak yang di-eksplore," cetusnya.

Penamaan spesies-spesies baru itu ada yang didasarkan pada tokoh tertentu, seperti Iriana Widodo dan Ahok tadi, ada juga yang, misalnya, diambil dari bahasa daerah spesies itu ditemukan.

Misalnya spesies baru anggrek kantung/kasut Paphiopedilum bungebelangi yang ditemukan di habitat belantara yang ekstrem di pegunungan Aceh. Nama spesies diambil dari bahasa daerah Gayo di Aceh Tengah: kata "bunge" berarti bunga dan "belangi" yang artinya cantik atau indah.

Lalu, mengapa spesies-spesies baru ini dinamai dengan nama unik?

Menurut Hari, pemberian nama terhadap spesies baru merupakan hak para penemunya dan kebanyakan dari mereka menentukan nama temuannya atas dasar pertimbangan subjektif.

Orangutan Tapanuli
Orangutan Tapanuli adalah salah satu spesies baru yang ditemukan pada tahun lalu (Andrew Walmsley/Reuters )

"Misalnya ada yang beri nama unik itu dari asal usulnya spesies itu. Kan ada orang utan Pongo tapanuliensis, karena itu nama uniknya adalah asalnya Tapanuli," jelas Hari.

"Kemudian ada yang diberikan kepada seseorang, didedikasikan, misalnya [kepada] bu Jokowi karena dianggap orang yang concern terhadap konservasi burung," imbuhnya.

Bahkan, ada beberapa orang yang memberikan nama spesies baru didedikasikan kepada istri, teman, atau orang dianggap berjasa terhadap penelitiannya.

Berikut adalah beberapa temuan spesies baru yang dinamai dengan nama unik.

Burung mungil dariRote

Pada akhir Desember lalu, Presiden Joko Widodo memberi izin penggunaan nama ibu negara untuk nama burung yang baru saja ditemukan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Nama burung ini adalah Myzomela irianawidodoae dan resmi dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Treubia Volume 44, edisi Desember 2017.

Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI, Enny Sudarmonowati, pemberian nama ilmiah jenis burung endemik dengan nama ibu negara ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia.

Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan atau bentuk penghargaan kepada Iriana yang sangat memperhatikan kehidupan burung.

"Selain itu, dedikasinya dapat dijadikan teladan dan menjadi contoh dalam upaya menyelamatkan lingkungan," jelas Enny.

Lalu, bagaimana ciri-ciri burung mungil ini?

Peneliti Pusat penelitian Biologi LIPI Dewi Prawiradilaga menjelaskan karakter paling menonjol dari burung berukuran panjang 11,8 cm dan bobot hanya 32 gram ini adalah paruhnya yang berwarna hitam. Selain itu, warna matanya cokelat gelap.

"Warna kaki dan jari hitam dengan bantalan kuku warna kuning," jelas Dewi.

Belum lagi, kombinasi warna yang dimiliki burung ini sangat cantik, yakni bulu di bagian kepala hingga dada atas dan tengkuk berwarna merah darah, warna kekang hitam dan garis hitam tipis di sekeliling mata.

Sementara itu, terdapat pita hitam di tengah dada burung ini dan secara gradual berubah menjadi abu-abu dengan dengan sapuan warna zaitun pada dada bawah, perut, paha dan sekitar tungging.

"Punggung dan ekor burung berwarna hitam, serta pertengahan punggung sampai tungging berwarna merah dan sayap berwarna hitam bercampur abu-abu gelap," kata Dewi.

Burung ini memiliki habitat di hutan, semak-semak, kebun, dan pohon yang berbunga. Makanan utamanya adalah nektar pada bunga atau pohon jati. Segera setelah ditemukan, burung iriana ini memiliki status dilindungi.

Cicak batu dari Pulau Laskar Pelangi

Bermula dari kunjungan singkat dari dua peneliti LIPI, yaitu Amir Hamidy dan Irvan Sidik bersama kolega mereka ke Desa Burong Mandi di Belitung Timur pada Maret tahun lalu, keduanya menjumpai cicak dan lincah di onggokan batu granit.

Cicak batu tersebut langsung menarik perhatian kedua peneliti herpetofauna tersebut dan sekembalinya ke LIPI, mereka berdiskusi dengan Awal Riyanto, peneliti LIPI lainnya yang lebih berkonsentrasi pada taksonomi family Gekkoniadae (kelompok cicak). Alhasil, mereka berkesimpulan bahwa cicak batu tersebut merupakan spesies baru.

"Karakternya kombinasi dan tidak dimiliki oleh jenis yang lain dalam satu genusnya. Makanya kita berani menyebut dia jenis baru," ujar Awal kepada BBC Indonesia.

Spesies baru ini tergolong cicak batu yang berukuran sedang dengan panjang dari moncong hingga membuka kloaka mencapai 5 cm.

Dari kerabatnya, spesies ini dapat dibedakan berdasarkan kombinasi karakter morfologi yang meliputi; adanya lima atau enam sisik postmental, sisik besar submetakarpal pada jari pertama tungkai depan, sisik besar submetatarsal pada jari pertama tungkai bawah dan sisik perut berlunas.

Selain itu, cicak ini tidak memiliki lubang prekloakal, tidak memiliki sisik besar pada paha dan sisik subtibial. Sementara struktur tuberkular mengelilingi ekor membentuk formasi cincin, sisi samping ekor terdapat alur yang jelas, barisan sisik besar tengah subkaudal tidak dalam rentengan.

Oleh para peneliti, cicak baru tersebut diberi nama Cnemaspis purnamai. Nama ini tersebut didedikasikan sebagai penghargaan kepada tokoh nasional kelahiran Belitung Timur, yaitu Basuki Tjahja Purnama yang pernah memimpin Belitung Timur dan memimpin Jakarta.

Kenapa kita pakai nama mantan gubernur DKI, karena dia kan salah satu tokoh nasional, dia berasal dari Belitung Timur. Apa salahnya sebagai penghargaan dia selama ini berbakti kepada nusa dan bangsa," jelas Awal.

Anggrek cantik dari Pegunungan Aceh

Di belantara Aceh dengan ketinggian 1500-1600 meter dpl ditemukan satu spesies baru anggrek kantung, Paphiopedilum bungebelangi. Spesies anyar ini memiliki tangkai bunga yang tegak sepanjang 28-40 cm dengan hanya satu buah kuntum bunga mekar per batang tumbuhan.

Oleh peneliti LIPI dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi, Destario Metusala, spesies baru ini dipublikasikan pada jurnal ilmiah Edinburgh Journal of Botany pada pertengahan Maret 2017.

Nama Paphiopedilum bungebelangi dipilih oleh Destario, diambil dari bahasa Gayo di Aceh Tengah: kata "bunge" berarti bunga dan "belangi" yang artinya cantik atau indah.

Anggrek kantung jenis baru ini memiliki bunga dengan ukuran tinggi hingga 9 cm dan lebar bentangan 7-7,5 cm. Kombinasi warna bunga anggrek tersebut tidak terlalu mencolok, namun bentuk mahkotanya yang bergelombang sepanjang tepi membuat penampilannya sangat unik dan khas.

Kelopak dorsal berwarna putih dengan pola urat hijau tegas, sementara mahkota bunga memanjang berwarna hijau muda kekuningan dengan pola garis-garis sejajar berwarna hijau tua.

Bibir bunga berbentuk kantung berwarna coklat hingga merah marun. Staminodium berbentuk elips hingga menyerupai lingkaran dengan torehan cukup dalam di ujungnya.

Anggrek hantu dari Jawa

Ini bukan kali pertama Destario Mastusala menemukan spesies anggrek baru, dan menamainya dengan nama yang unik.

Pada Agustus tahun lalu, bersama peneliti Universitas Indonesia (UI) Jatna Supriatna, dia mempublikasikan spesies baru dari kelompok anggrek hantu (holomikotropik) dengan nama Gastrodia bambu.

Nama spesies berasal dari kata Bahasa Indonesia "bambu" merujuk pada habitatnya yang spesifik di sekitar rumpun-rumpun bambu.

Berdasarkan catatan rekaman populasinya, spesies ini merupakan anggrek endemik yang hanya ada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat dan Yogyakarta. Populasinya pun terbatas dan menghadapi tekanan degradasi habitat yang tinggi.

Kelompok anggrek ini disebut hantu disebabkan kemunculannya yang seringkali tak terduga dan tanpa memiliki organ daun (fase vegetatif).

"Terlebih anggrek ini menyukai habitat yang gelap, lembab, dan selalu berdekatan dengan rumpun bambu lebat yang sudah tua. Tidak mengherankan apabila spesies ini memiliki kesan konotasi 'angker'," ujar Destario dalam keterangan persnya.

Orangutan berwarna oranye dari Tapanuli

Awal bulan November lalu, peneliti mengumumkan penemuan spesies baru orangutan di Sumatra Utara, yaitu Orangutan Tapanuli.

Satu jenis orangutan baru dengan nama ilmiah Pongo tapanuliensis atau orangutan tapanuli dinobatkan sebagai spesies orangutan ketiga setelah Pongo pygmaeus (orangutan kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan sumatera). Berbeda dengan saudaranya yang dinamai dengan nama ilmiah dari bahasa latin, nama ilmiah spesies orangutan baru ini berasal dari wilayah habitatnya di perbukitan Batang Toru, Tapanuli.

Profesor bioantropologi di Australia National University yang juga salah satu peneliti, Anton Cahyono, menuturkan penemuan ini diawali penelitian populasi orangutan Sumatera pada habitat terisolasi yaitu Ekosistem Batang Toru, Tapanuli. Penelitian kemudian dilanjutkan untuk meneliti ekologi, genetik dan populasi.

"Baru awal tahun ini setelah kawan-kawan melihat secara genetik mereka berbeda dengan orang utan dari Sumatra sendiri dan Kalimantan, mereka mencoba ingin tahu apakah secara morfologi juga berbeda," ujar Anton kepada BBC Indonesia.

Dalam penelitian tersebut, Anton meneliti dimensi tubuh mereka atau morfologi dari orangutan Tapanuli dengan membandingkannya dengan tengkorak dari saudaranya di Sumatra dan Kalimantan.

"Setelah kita bandingkan, mayoritas dari karakter yang dia miliki itu lebih kecil dibandingkan dibandingkan orangutan yang berasal dari Kalimantan maupun yang dari Sumatra. Kita cukup confident bahwa ini berbeda," kata dia.

Namun, kabar buruknya, habitat mereka di perbukitan Batang Toru kini terancam oleh pembangunan industri dan pertanian.

Ternyata pemberian nama ilmiah dengan nama unik ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di negara tetangga, Malaysia. Satu spesies tokek yang ditemukan di Langkawi, Malaysia diberi nama Cnemaspis roticanai.

Nama ilmiah spesies ini berasal dari makanan tradisional Malaysia, roti canai, untuk menghormati warisan budaya Langkawi Geopark, habitat spesies jenis ini.

Hemiphyllodactylus tehtarik adalah spesies tokek baru dengan nama unik dari Malaysia. Spesies ini dinamai seperti nama teh tradisional Malaysia, Teh Tarik, yang memiliki warna oranye seperti warna tokek ini. (ita/ita)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads