Di Balik Erotisme dan Sensasi Dunia Dangdut Irma Bule

Di Balik Erotisme dan Sensasi Dunia Dangdut Irma Bule

BBC Magazine - detikNews
Selasa, 10 Mei 2016 13:52 WIB
Foto: BBC Magazine
Jakarta - Kisah kematian Irma Bule yang tewas akibat dipatuk ular saat beratraksi di panggung, menghebohkan dunia. Wartawan BBC Rebecca Henschke mengunjungi kampung halaman Irma di Karawaci, Jawa Barat, menjelajahi kehidupan dunia dangdut dan tekanan yang dihadapi para penyanyinya untuk tampil seunik mungkin.

Duduk di atas bangku bambu di rumahnya, di Karawaci, Encum, ibu kandung Irma Bule, berkisah tentang bagaimana ia menyaksikan video kematian anaknya.

"Yah, bagaimana. Sebetulnya malu kalau lihat-lihat dia manggung teh ," katanya dalam bahasa campuran Indonesia dan Sunda.

Ia menyebut Irma Bule yang nama aslinya Irmawaty itu dengan pangilan 'Neng' atau 'Eneng.' Dan ia sendiri, sebagai ibu, dipanggil 'Emih,' yang sepadan dengan Emak, Bunda, dan sejenisnya.

Tak heran kalau Emih Encum jarang melihat penampilan anaknya, karenanya ia tak tahu bahwa di hari yang nahas itu Irma tampil bersama ular.

Irma Bule meninggalkan dua putrinya yang kini diasuh nenek mereka.

Video yang mengguncangkan itu menunjukkan Irma tak sengaja menginjak seekor ular jenis King Cobra saat ia berjoget di panggung mewarnai penampilannya sebagai penyanyi.

Ular itu mematuk kakinya. Sejumlah orang panggung lalu menarik ular itu dari kakinya, namun Irma terus saja tampil hingga 45 menit kemudian.

Dia baru dibawa turun dari panggung setelah mulai muntah-muntah. Saat Encum tiba di rumah sakit, sang anak sudah meninggal dunia.

"Saya maunya dia itu jadi guru sebetulnya - sesudah keluar sekolah itu- karena ada masa depannya. Tapi dia bersikeras ingin jadi penyanyi."

"Saya sangat kehilangan dia. Sakit sekali rasanya. Dia itu ibu yang baik sekali, seorang isteri yang baik, seorang anak yang berbakti," tambahnya.

Teledor atau sengaja?

Encum memikirkan putrinya setiap saat.

Sudah sejak delapan tahun lalu Irma tampil bersama ular, namun baru dua tahun lalu ia tampil bersama ular kobra yang sangat berbisa.

Encum menyesalkan, dan penasaran, mengapa anaknya tidak langsung dibawa ke rumah sakit sesudah dipatuk. Malah Irma dibiarkan terus menyanyi selama 45 menit.

Polisi masih terus menyelidiki peristiwanya. Sejumlah orang sudah diinterogasi, tapi tak ada yang ditahan.

Keluarga yang ditinggalkan tampak diliputi kemarahan. Dan menuntut jawaban.

"Irma terbunuh oleh ular itu, tapi kan ular itu tidak datang sendiri ke panggung, tapi ada yang bawa," kata Maman, paman Irma, yang bolak-balik ke kantor polisi untuk tindak lanjut kasus ini.

"Ada yang memberikan ular itu kepada Irma, dan meyakinkannya, bahwa ular itu aman," katanya.

"Jadi, apakah Irma itu meninggal karena keteledoran atau disengaja?" tanya Encum.

Panitia penyelenggara menolak bertanggung jawab dan merasa mereka tak melakukan kesalahan apa pun. Mereka mengatakan, hanya menanggap para pemusik dan penyanyinya, serta pawang ularnya. Pawang ular yang terlibat, tak bisa dimintai komentar.

Tampilan sensasional

Semua penyanyi ingin menjadi bintang.

Pada perkembangannya, penampilan musik dangdut di panggung-panggung pedesaan banyak mengarah pada penampilan sensasional, termasuk menyertakan unsur erotik dalam joget panggung yang terkadang sangat sensasional.

Tarian-tarian rakyat Indonesia sebagian besar memang memiliki warna erotik, dan banyak penyanyi dangdut pedesaan mengambil inspirasi dari situ.

Banyak bintang dangdut memulai karier mereka di pedesaan agraris seperti Karawaci, yang saya kunjungi saat itu, untuk menyaksikan seorang penyanyi. Nani Sanjaya, nama penyanyi tersebut, menghibur penonton dari segala usia di sebuah kenduri perkawinan.

Ketika malam datang, para penyanyi itu berganti kostum, menjadi lebih berkilau, dan terbuka.

Banyak bintang dangdut memulai karier mereka di pedesaan agraris seperti Karawaci.

Kaum lelaki naik panggung untuk berjoget bersama para penyanyi. Mereka menyelipkan lembaran uang ke tangan para penyanyi itu, juga ke balik baju mereka, atau bahkan dihamburkan ke tubuh mereka -sembari berjoget. 'Nyawer ,' begitu istilahnya.

Sebagian besar pendapatan para penyanyi dangdut diperoleh dari persenan.

Nani Sanjaya, yang juga sahabat Irma Bule yang malang, mengatakan bahwa para penampil, "mendapatkan uang dan tip lebih banyak, jika tampil dengan atraksi ular, dan menjadi bintang dari pertunjukan."

"Ada tekanan untuk menyenangkan penonton dengan cara-cara yang lain, untuk jadi berbeda dengan penampil lain. Semua ingin menjadi bintang," kata Nani.

Goyang dribel

Duo Serigala dikenal akan goyang dribel mereka.

Dangdut adalah industri yang menjanjikan popularitas, dan penghasilan melimpah. Bagi mereka yang sukses menjadi besar, penampilan di televisi menanti.

Di studio sebuah stasiun televisi nasional di Jakarta, saya menyaksikan salah satu sensasi dangdut terbaru, Duo Serigala. Mereka tampil bersama dua bintang terbesar dari genre musik ini.

Duet Pamela dan Ovi, berhasil tampil menonjol dengan gerakan yang lalu dikenal sebagai 'goyang dribel,' dan akun Instagram mereka yang seksi dan sensasional.

Duo Serigala berasal dari keluarga tak mampu.

"Perjalananannya panjang sekali. Kami bekerja sangat keras dari bawah untuk sampai ke sini, kami mulai dari nol," kata Pamela Safitri.

"Dari yang bukan siapa-siapa, sampai seperti ini. Dari keluarga tak mampu, yang tak dipandang sebelah mata, bisa jadi lumayan seperti ini, kami bisa membantu keluarga," tambah Ovi.

Mereka juga merasa terguncang oleh kematian Irma Bule dan mengatakan mereka merasa dekat dengan kisah tragis itu.

"Irma Bule melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan: bekerja sangat keras untuk mencoba berbagai hal dan menghibur orang," kata Ovi Sovianti. "Dia menggunakan ular untuk membuat penampilannya menarik. Kami benar-benar berduka cita untuk keluarganya. "

Raja Dangdut

Rhoma Irama meraih predikat Raja Dangdut di Indonesia sejak 1970-an.

Rhoma Irama telah menjadi Raja Dangdut yang tak tergulingkan sejak 1970-an.

Penyanyi yang menjadi politisi ini sangat lantang menyuarakan kebenciannya terhadap penampilan sejumlah penyanyi dangdut perempuan yang dia anggap semakin erotis.

"Kita kan bisa berjoget dan sangat energik tapi tidak erotis. Joget yang sopan, joget yang tidak erotis adalah dangdut sejati," katanya, saat ditemui di kantornya di Jakarta.

Namun, menurut Rhoma, meskipun banyak penentangan dari beberapa kelompok Muslim konservatif, tidak ada pasal dalam Islam yang mengharamkan dangdut.

"Islam sangat pluralis. Islam adalah cinta damai. Cinta Indonesia, cinta dangdut, cinta dunia," katanya sambil tertawa.

"Dangdut adalah Indonesia, itu semangat Indonesia," katanya, sembari mendendangkan berbagai lagu daerah, yang disebutnya mengandung unsur dangdut.

"Apakah sering, penyanyi dangdut meninggal digigit ular di panggung?" Saya bertanya, merujuk pada kisah tragis Irma Bule.

"Ini pertama kalinya saya mendengar tentang hal itu," katanya.

"Ular tidak penting sama sekali di panggung dangdut. Sepanjang pengalaman saya 50 tahun di atas panggung dangdut, saya belum pernah bertemu ular," katanya lagi.

Dia mengatakan masyarakat dangdut dekat satu sama lain dan bahwa mereka memiliki dana untuk sumbangan bagi penyanyi yang meninggal atau sakit.

Tak bisa melarang

Keluarga Irma Bule tidak ingin anak-anak Irma menjadi penyanyi.

Kembali pada keluarga Irma Bule di Karawaci.

Mereka mengaku sejauh ini telah menerima uang sumbangan dari masyarakat.

Saat itu, di rumah keluarga Irma, terdengar ketukan di pintu. Anak-anak perempuan Irma muncul, baru pulang sekolah.

Yang tertua, umurnya delapan tahun, dan dia berkata ingin menjadi penyanyi juga, seperti mendiang ibunya.

Tapi Maman, paman irma, mengatakan, ia akan berupaya agar hal itu tidak terjadi.

"Saya mungkin tak bisa melarangnya," kata Maman.

"Tapi yang bisa saya lakukan, adalah terus menyekolahkannya, dan jika mampu, hingga ke universitas. Semoga, dengan pendidikan yang bagus, dia bisa mengambil keputusan yang baik tentang apa yang ingin dia lakukan dengan kehidupannya." (nwk/nwk)




Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads