Peringati Hari Santri, Romahurmuziy Baca Puisi

Peringati Hari Santri, Romahurmuziy Baca Puisi

advertorial - detikNews
Selasa, 17 Okt 2017 00:00 WIB
Ketum PPP Romahurmuziy (Romi) membacakan puisi bertajuk Sang Kiai (Dok. PPP)
Jakarta -

Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Romi) membaca puisi untuk memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober di Taman Ismail Marzuki. Romy membaca puisi bersama dengan sejumlah penyair kondang.

Puisi Romi mengingatkan perilaku menyimpang sebagian pemimpin dan perjuangan ulama (Dok. PPP)Puisi Romi mengingatkan perilaku menyimpang sebagian pemimpin dan perjuangan ulama (Dok. PPP)

Penyair kondang tersebut antara lain 'presiden' penyair Sutardji Calzoum Bahri dan Habiburrahman 'Ayat-Ayat Cinta' El-Syirazi. Romi yang alumni pesantren Miftahul Khoir, Bandung, ini memancing gelak tawa audiens saat mulai baca puisi.

"Saya ini diundang panitia bukan karena saya penyair. Tapi karena politisi dan puisi sama-sama berawalan p dan berakhiran I," ujar Romi.

Acara pembacaan puisi dalam rangka memperingati Hari Santri (Dok. PPP) Acara pembacaan puisi dalam rangka memperingati Hari Santri (Dok. PPP)

Dalam acara yang bertajuk 'Wajah Pesantren, Wajah Indonesia' ini hadir tuan rumah acara, Menag, Lukman Saifuddin, dan prosais Ahmad Tohari yang juga menyumbangkan 'prosa yang diringkas'. Para penyair kenamaan mengemas puisi mereka dengan segar dan otentik mulai dari peran santri dalam merebut dan menegakkan kemerdekaan, sampai dengan keprihatinan maraknya pemimpin era reformasi yang tak bernurani.

Berikut salah satu penggalan puisi yang berjudul 'Sang Kiai':

Kiai,

Petuah dan nasihatmu mengalir dalam langkahku

Bahwa setiap gerak adalah zikirku

Bahwa setiap zikir adalah nadiku

Bahwa setiap pikir adalah ibadahku

Yang menjadi kekuatan dalam kuasa angkuh kehidupan


Kiai,

Kami ini sekumpulan ternak dan engkau tuannya

Agar kami tak lalai pada jalan pulang

Menuju rumah Tuhan

Kami yang angkuh dan congkak

Darimu kau ajarkan akhlaqul karimah

Tak bisa membayangkan apa jadinya negeri ini tanpamu

Di tengah setiap hari perselisihan mengisi dot com dan televisi

Maafkan generasi kami, yang lupa pada doa-doa dan pengorbanan kalian merebut kemerdekaan negeri ini


Di bagian lain ia mengungkapkan betapa perjuangan para ulama tanpa motif kepentingan pribadi.


Semua mereka lakukan demi kemerdekaan negeri

Jauh dari kepentingan menikmati sendiri

Kecuali untuk anak cucu nanti


Di akhir, Romi mengingatkan perilaku menyimpang sebagian pemimpin.


Apakah negeri ini akan kembali terjajah sebab lupa pada sejarah?

Penjajahan dari kami oleh kami

Penjajahan dari pemimpin kepada anak-anak bangsanya sendiri?

(adv/adv)
Berita Terkait