Saat ini dunia tengah berada pada masa pandemi COVID-19 yang menginfeksi 200 negara termasuk Indonesia. Diinformasikan, COVID-19 sangat mudah menyebar sehingga penularannya juga sangat cepat. COVID-19 berimbas pada berbagai aspek salah satunya adalah pernikahan. Banyak calon pengantin yang menunda akad nikah maupun resepsi untuk menghindari COVID-19.
Gerbang pernikahan begitu indah, menyatukan cinta antara dua insan dan keluarga bahagia menjadi impian bagi setiap orang. Namun jangan lupa syarat dan ketentuan berlaku sebab membangun keluarga bahagia tak seindah membalikkan telapak tangan.
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo SP.OG (K) menjelaskan dalam peluncuran website Siap Nikah melalui Cisco Webex Meetings, Senin (4/5), perlu upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar keluarga mampu menjalankan 8 fungsi secara optimal.
Selain Hasto, ada juga narasumber lain yakni perwakilan Rumah Perubahan dan Permata Sari dari salah satu stasiun televisi swasta Rhenald Kasali, Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI dr. Erna Mulati, Msc., CMFM, Direktur SUPD IV Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Sri Purwaningsih, SH, MAP serta Direktur Eksekutif Merial Institute Arief Rosyid Hasan.
Hasto menjelaskan, berdasarkan data SDKI 1991-2017, angka kelahiran pada perempuan berusia 15-19 tahun di antara 1000 wanita (ASFR 15-19) mengalami tren menurun, yakni dari 67 (1991) menjadi 36 (2017). Namun perempuan yang hamil dan melahirkan di usia remaja (ASFR 15-19) di Indonesia masih tergolong tinggi.
Hal tersebut dikarenakan perilaku pacaran yang berisiko tinggi dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan pernikahan usia dini. Tak hanya itu, ibu yang terlalu muda hamil dan melahirkan pertama di usia kurang dari 21 tahun juga sangat berisiko tinggi karena kondisi rahim dan panggul belum berkembang secara optimal. Mental pun belum siap menghadapi kehamilan dan menjalani peran sebagai ibu.
Selain itu, bayi yang dilahirkan juga berpotensi prematur, terjadi pendarahan yang berakibat pada kematian bayi atau ibunya, berpotensi mengalami kanker leher rahim, dan kurang optimalnya ibu untuk merawat bayi secara baik. Studi di 55 negara menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting adalah makin muda usia ibu saat melahirkan, semakin besar kemungkinan untuk melahirkan anak yang stunting.
Pasangan pada usia remaja akan berkembang menjadi keluarga dan calon orang tua, sehingga mereka perlu disiapkan agar memiliki kesiapan dan perencanaan dalam membangun keluarga. Merencanakan usia pernikahan tidak kurang dari 21 tahun pada perempuan dan 25 tahun pada laki-laki.
Selain itu, penting juga untuk merencanakan cara membina hubungan antar pasangan, dengan keluarga lain, dengan kelompok sosial, merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orang tua, mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi, berhenti melahirkan di usia 35 tahun agar dapat merawat balita lebih optimal dan menghindari risiko pada ibu akibat persalinan, merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi.
Hasto menambahkan, terdapat 10 dimensi kesiapan berkeluarga yang harus dipenuhi antara lain kesiapan usia, fisik, mental, finansial, moral, emosi,sosial, interpersonal, keterampilan hidup, dan kesiapan intelektual.
BKKBN mengambil inisiatif untuk mengembangkan Indeks Kesiapan Berkeluarga dengan menggandeng Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen serta Direktorat Sistem Informasi dan Transformasi Digital Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengukur kesiapan seseorang membangun keluarga dalam 10 dimensi dan 50 indikator. Indeks ini kemudian dikembangkan dalam aplikasi yang dapat diakses publik melalui website www.siap-nikah.id.
Sejak pertengahan 2019, aplikasi ini mendapat respons positif dari generasi muda yang ingin mengukur kesiapan sebelum melangkah menuju gerbang pernikahan. Pada April 2020, inisiatif kembali digulirkan BKKBN dengan mengembangkan website www.siap-nikah.id. Menggandeng Rumah Perubahan, website yang sebelumnya berisi kuesioner kesiapan pernikahan telah dikembangkan dalam konsep one stop solution.
Selanjutnya pada Mei 2020, konsep baru lahir melalui hadirnya www.siapnikah.org dengan menghadirkan berbagai konten yang relevan dengan kebutuhan generasi muda dalam menyiapkan pernikahan, termasuk menyiapkan diri dalam pengasuhan anak.
Hasto berharap website ini dapat menjadi rujukan bagi setiap generasi muda untuk mempersiapkan diri sebelum masuk ke gerbang pernikahan maupun bagi keluarga muda yang ingin mendalami ilmu parenting dengan misi utama adalah membangun keluarga berkualitas.
![]() Foto: Dok. BKKBN |
Sementara itu, Rhenald Kasali menyampaikan bahwa digitalisasi mendorong perubahan masif dan cepat di berbagai bidang. Bila dituntut untuk adaptif, maka generasi maupun keluarga muda harus memiliki kemampuan literasi digital, salah satunya untuk menyaring informasi. Sebab popularitas media sosial telah memicu banjirnya banyak informasi tidak benar. Aspek lain yang sangat erat kaitannya dengan keluarga adalah pengasuhan anak atau parenting.
(adv/adv)