Dalam rangka Implementasi Revolusi Mental, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental menggelar acara diskusi curah pendapat yang di Hotel Grand Mercure Hayam Wuruk, Jakarta (4/8/2018).
Acara ini mengundang 11 tokoh inspiratif yang aktif berperan dalam berbagai kegiatan dan berkontribusi positif dan menginspirasi perubahan di masyarakat.
Kesebelas tokoh tersebut adalah :
1. CEO Aruna Indonesia, Farid Naufal Aslam.
2. Pendiri dan Aktivis Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al Kudus.
3. Pendiri Armada Pustaka Mandar, Ridwan Alimudin.
4. Aktivis Gerakan Koperasi, Suroto.
5. Pendiri Komunitas Babuju, Rangga Babuju.
6. Pendiri Omah Dongeng Marwah, Hasan Aoni Aziz.
7. Pendiri Agradaya, Andhika Mahardika.
8. Pemberdaya Sorgum, Maria Loretha.
9. Langit Negeri Indonesia, Isnin Sholihin.
10. Pendiri Pesantren Ekologi Ath Thaariq, Nissa Wargadipura.
11. Pendiri Festival Payung Indonesia, Heru Mataya.
Melalui kesebelas tokoh masyarakat ini, revolusi mental dapat diimplementasikan secara unik dan kreatif sesuai dengan kegiatan yang masing-masing yang mereka jalani. Dalam acara diskusi ini dapat dilihat bahwa gerakan revolusi mental secara umum telah berjalan di daerah.
Contohnya dari kisah inspiratif tokoh muda, Farid Naufal Aslam. Pemuda berumur 24 tahun ini telah melakukan gerakan perubahan melalui pemberdayaan nelayan berbasis pemanfaatan teknologi dengan platform e-commerce Aruna.id. Hingga saat ini Aruna Indonesia telah merangkul 1701 kelompok nelayan di 16 provinsi dengan konsumen yang sudah merambah ke mancanegara.
Begitu pula dengan pendiri Agradaya, Andhika Mahardika. Dia patut dijadikan contoh karena berhasil mengembangkan sistem pertanian rempah berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Bukit Menoreh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selain mendorong petani berpegang pada salah satu gerakan revolusi mental yaitu Gerakan Indonesia mandiri, Andhika juga aktif menggagas petanimuda.org sebagai gerakan kolaboratif bagi pemuda pemudi untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
Dari timur Indonesia, terdapat kisah inspiratif seorang penggagas, pembenih dan juga pendamping petani penanam sorgum asal Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Maria Loretha.
"Ketika seseorang memiliki komitmen untuk berubah menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, maka revolusi mental sesungguhnya telah terjadi," kata Mama Loretha, panggilan akrabnya, dalam keterangan tertulis.
Mendukung Indonesia Bersih, A'ak mendirikan Laskar Hijau. Organisasi kelompok relawan penghijauan ini berjuang untuk mengembalikan lingkungan yang rusak kembali menjadi ekosistem alami dengan konsep hutan setaman. A'ak berpesan agar masyarakat mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.
"Dalam menjaga lingkungan yang terpenting adalah mulai peduli dengan lingkungan sekitar, mulailah dari hal yang sederhana" jelasnya.
Implementasi Gerakan revolusi mental selanjutnya dapat dilihat dari aktivitas pendiri Armada Pustaka Mandar yang berasal dari Sulawesi Barat, Ridwan Alimudin. Melalui Gerakan Literasi, Ridwan turut mendorong akses dan pembebasan biaya pengiriman buku pada tanggal 17 setiap bulannya melalui PT. Pos Indonesia ke seluruh penjuru Indonesia.
Ia berharap dengan adanya kegiatan yang dilakukan komunitasnya, tidak saja dapat terus meningkatkan minat baca masyarakat, tetapi juga secara khusus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
"Gerakan kami saat ini sudah menjadi bagian dari revolusi mental," jelas Ridwan.
Di Nusa Tenggara Barat khusunya di Kota Bima terdapat kisah inspiratif lainnya yang diungkapkan oleh pendiri Komunitas Babuju, Rangga Babuju. Menilik kondisi Bima yang rawan konflik, Rangga mengutarakan bahwa muncul pandangan di masyarakat konflik merupakan salah satu cara agar pemerintah memperhatikan masyarakat Bima.
"Hal inilah yang harus dipahami dan saya harap melalui gerakan revolusi mental, maka konflik di Bima ini tidak lagi terjadi dan melalui Gerakan Indonesia Bersatu, maka saya ingin agar kesatuan dan kerukunan masyarakat di Bima dapat terwujud dan dipelihara," ujarnya.
Kegiatan unik lainnya juga dilakukan oleh para tokoh inspiratif lain, Pesantren Ekologi Ath Thaariq yang didirikan Nissa Wargadipura, ada juga yang melakukannya melalui aktivitas di dalam Omah Dongeng Marwah oleh Hasan Aoni Aziz.
Pembangunan kemandirian masyarakat melalui koperasi yang dilakukan oleh Suroto, kegiatan Langit Negeri Indonesia yang dilakukan oleh Isnin Sholihin, serta Festival Payung Indonesia yang dilakukan oleh Heru Mataya.
Pertemuan dan diskusi ini menghasilkan komitmen bersama untuk membuat gerakan-gerakan perubahan yang dapat menular ke daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia.











































