WNI di Sydney Jadi Lebih Waspada Usai Serangan di Pantai Bondi

WNI di Sydney Jadi Lebih Waspada Usai Serangan di Pantai Bondi

ABC Australia - detikNews
Rabu, 17 Des 2025 13:42 WIB
WNI di Sydney Jadi Lebih Waspada Usai Serangan di Pantai Bondi
Pantai Bondi sudah dibuka kembali dan warga masih terus berdatangan untuk memberikan penghormatan kepada korban serangan. (ABC News: John Gunn)
Jakarta -

Warga Indonesia di kota Sydney mengaku khawatir setelah serangan penembakan terjadi di Pantai Bondi, hari Minggu kemarin (14/12).

Laporan polisi mengatakan aksi penembakan dilakukan oleh Sajid Akram dan anaknya, Naveed Akram, menewaskan 15 orang, termasuk seorang perempuan berusia 10 tahun dan lebih dari 20 orang masih dirawat di rumah sakit.

Pantai Bondi adalah salah satu ikon kota Sydney yang ramai dikunjungi warga lokal dan turis saat musim panas seperti sekarang ini, termasuk saat Hari Natal dan Tahun Baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah warga Indonesia yang tinggal di kawasan Pantai Bondi turut merasakan dampak dari kejadian tersebut.

Joshua Michael Sagala, akrab disapa Michael, adalah warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di daerah Pantai Bondi.

ADVERTISEMENT

Michael mengatakan setiap hari Minggu, istrinya bekerja di kawasan pantai ini dan keluarga mereka sering menghabiskan waktu di sana.

Tapi pada hari itu, ia mengatakan istrinya tidak enak badan sehingga mereka pulang pada jam 4 sore.

Ketika sedang dalam perjalanan mengisi bensin, Michael melihat kondisi pantai yang dipadati warga dan memutuskan untuk turun dari mobil.

"Banyak banget muka raut orang rata-rata sedih, nangis, kecewa," ujarnya.

"Enggak disangka di Bondi bisa terjadi seperti ini."

Michael, yang sudah tinggal di Sydney selama delapan tahun, mengatakan banyak umat Yahudi yang tinggal di sisi timur Sydney, termasuk Pantai Bondi.Serangan terjadi saat umat Yahudi sedang menggelar perayaan di hari pertama Hanukkah di pinggir pantai.

Ia ikut merasa "kecewa dan sedih" mengetahui aksi penembakan tersebut bisa terjadi di Australia, yang menurutnya sudah seperti rumah kedua.

"Maksudnya kok sampai mengambil nyawa untuk hal sampai seperti ini? Parahnya sampai ada pembunuhan?" katanya.

"Karena di sini kita pikir pasti mass shooting enggak akan ada, maupun di sekolah atau di mana pun."

Erna Tambunan, ibu Michael, kebetulan sedang berada di Sydney untuk mengunjungi sang anak.

Ia juga mengaku terkejut mendengar berita ini, terutama karena mengetahui ketatnya proses seleksi visa ke Australia.

"Enggak pernah menyangka, karena kita semua tahu kan Australia itu negara paling cukup aman di dunia?" ujarnya.

Setelah kejadian ini, Michael berencana untuk mencoba menghindari Pantai Bondi.

"Kayaknya kami cari tempat yang lebih quiet, yang lebih private, kan banyak juga daerah sini ... pantai yang enak untuk bawa anak jalan sore," ujarnya.

"Hindari dulu untuk beberapa minggu ke depan."

Merasa tak seperti Sydney yang dulu

Hari Minggu, saat serangan teror terjadi, juga adalah momen pertama kali Gilang Pahalawan mengunjungi Pantai Bondi sejak pindah ke Sydney, Australia pada tahun 2023.

Gilang mengaku sengaja ingin menghabiskan waktu di Pantai Bondi setelah membeli ponsel di daerah sana.

Ia mengatakan awalnya akan bertemu dengan penjual ponsel pada pukul 4 sore, tapi memutuskan untuk bertemu lebih awal.

Setelah bertemu dengan penjual, ia sempat bersantai di bawah pohon dan mengunjungi bazaar yang sedang berlangsung di Pantai Bondi.

Gilang kemudian memutuskan untuk pulang sekitar pukul dua siang, sekitar lima jam sebelum penembakan pada pukul 18.47 waktu Sydney.

"Beruntungnya karena cuaca panas, ya sudah saya memutuskan untuk balik, ninggalin tempat itu, dan kejadian itu di sorenya," ujarnya.

Karena tidak melihat berita, Gilang baru mengetahui tentang insiden penembakan tersebut pada malam hari setelah kejadian, setelah menerima telepon temannya.

Setelah insiden penembakan di Pantai Bondi, Gilang merasa Sydney tidak seperti tempat yang ia kenal dulu.

"Perasaan saya takut, Australia yang saya kenal tempat kedua teraman setahu saya kan, ada peristiwa kayak gitu," katanya.

"Dan itu di waktu yang kita itu tidak diperkirakan, di tempat yang kita tidak tahu juga jadi rasanya mau pergi ke tempat yang ramai sekarang jadi was-was."

Awal pekan ini, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney sudah mengeluarkan imbauan kepada WNI di wilayah Sydney untuk "meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian."

"Hindari sementara waktu lokasi kejadian dan area keramaian serta patuhi arahan dan peringatan dari otoritas setempat," demikian imbauan KJRI Sydney.

Perayaan tahun baru di Bondi dibatalkan

Gilang mengaku was-was menyongsong perayaan Natal dan Tahun Baru di Sydney, namun ia tetap berencana untuk melihat kembang api di Sydney dengan tetap waspada terhadap sekitar.

Otoritas di kawasan Bondi, yakni Waverley Council, mengumumkan pembatalan perayaan malamn tahun di Pantai Bondi."Karena situasi terkini di lapangan, Waverley Council memutuskan untuk membatalkan acara Malam Tahun Baru di Pantai Bondi, termasuk elrow XXL Bondi dan Local's Lawn," uja juru bicara dari Waverley Council.

Penyelenggara acara New Year's Eve event, Fuzzy, mengatakan keputusan diambil setelah mempertimbangkan rasa empati dan kepedulian terhadap komunitas Yahudi di Sydney dan akan memungkinkan Kepolisian NSW untuk menyelesaikan penyelidikan mereka.

Tim Gabungan Kontra Terorisme (JCTT) di New South Wales sedang terus melakukan penyelidikan dan Gilang berharap kasus ini bisa segera dituntaskan.

"Supaya warga jadi tenang dan tidak ada lagi kejadian seperti itu," ujarnya.

Michael berharap Australia bisa kembali menjadi kota yang damai dan menyenangkan, yang jadi alasannya untuk tinggal di sana.

"Semoga semua berjalan dengan damai, dan kita kembali lagi seperti Australia pada sebelumnya, [di mana kami] hidup dan bekerja dengan tenang."

Setelah serangan tembakan di Pantai Bondi, Pemerintah Australia berencana untuk memperketat undang-undang terkait kepemilikan senjata.

Beberapa hal yang dipertimbangkan untuk diubah adalah membatasi jumlah senjata yang dapat dimiliki oleh satu orang dan menjadikan kewarganegaraan Australia sebagai "syarat" untuk mendapatkan senjata api.

Kepolisian India sudah mengonfirmasi jika Sajid Akram, pelaku serangan yang tewas di lokasi, memiliki kewarganegaraan India. Ia pindah ke Australia untuk bekerja pada November 1998.

Sementara itu, putranya yang juga adalah pelaku penembakan, Naveed Akram, diketahui kepolisian Australia pernah memiliki kaitan dengan kelompok ISIS di Sydney.Naveed sedang berada di rumah sakit dan saat ini kepolisian sedang menunggu kondisinya stabil sebelum dijatuhkan hukuman.

Hari Rabu ini (17/12) pemakaman pertama bagi korban penembakan, yakni Rabbi Eli Schlanger.

Dalam pernyataannya hari ini, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan akan terus mengambil langkah yang tegas untuk "membasmi" antisemitisme.

"Kami juga ingin memberantas ideologi jahat yang tampaknya, menurut para penyelidik, merupakan serangan yang diilhami ISIS," ujarnya.

"Kebencian semacam itu tidak memiliki tempat [di Australia]."

Dalam serangan tersebut, seorang warga bernama Ahmed El Ahmed telah mendapat pujian dan diberi gelar "pahlawan" karena keberaniannya merebut senapan dari salah satu penyerang.Ia mengalami luka tembakan dari penyerang lain dan harus menjalani operasi di beberapa bagian tubuhnya.PM Australia sudah menjenguk Ahmed dan mengatakan dirinya adalah "pahlawan Australia sebenarnya" dan "keberaniannya menjadi inspirasi bagi semua warga Australia".

Simak juga Video Ahmed Tak Menyesal Taklukan Penembak Bondi: Insyaallah akan Berlalu

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads