Salah satu industri yang banyak mempekerjakan warga Indonesia di luar negeri adalah industri kapal pesiar yang sekarang dibuka kembali di tengah pandemi COVID-19.
Sejumlah pelayanan kapal pesiar yang sempat kembali dimulai terpaksa dihentikan karena ditemukan kembali kasus penularan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bulan Juli lalu, beberapa kapal pesiar yang sudah mulai beroperasi di Eropa dan kawasan Pasifik terpaksa melakukan pembatasan kegiatan karena adanya kasus ketika kapal masih di tengah laut.
Pihak berwenang di Norwegia telah melarang seluruh kapal pesiar dengan lebih dari 100 orang di dalamnya untuk berlayar dari pelabuhan mereka mulai Senin kemarin (3/08).
Langkah ini diambil setelah adanya kasus baru penularan COVID-19 yang dilaporkan pekan lalu di sebuah kapal yang sudah meninggalkan pelabuhan.
Sedikitnya 41 penumpang dan awak di atas kapal MS Roald Amundsen, milik perusahaan Norwegia Hurtigruten, sejauh ini dinyatakan positif tertular virus corona.
Menurut pejabat kesehatan setempat, ratusan orang lainnya di kapal tersebut telah diminta untuk melakukan karantina sendiri selama 10 hari.
Bagaimana masa depan industri kapal pesiar?
Banyak yang berpendapat kebanyakan kapal pesiar tidak akan bisa beroperasi sampai setidaknya tahun 2021.
Perusahaan kapal pesiar terbesar di dunia Carnival melaporkan kerugian sekitar Rp 6,2 triliun di kuartal kedua tahun 2020.
"Perusahaan tidak bisa dengan jelas memberikan perkiraan kapan kami bisa kembali beroperasi normal," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami sepenuhnya percaya ketika kami mulai beroperasi lagi penumpang yang datang adalah mereka yang sudah pernah melakukan perjalanan sebelumnya," kata Presiden Carnival Christine Duffy kepada Reuters.
"Mereka adalah duta bagi industri kapal pesiar."
Lihat artikel lengkapnya dalam bahasa Inggris di sini
(ita/ita)