Terpidana Mati Sukumaran Mengaku Bukan Orang Sempurna

Terpidana Mati Sukumaran Mengaku Bukan Orang Sempurna

- detikNews
Selasa, 10 Feb 2015 10:43 WIB
Jakarta - Terpidana mati Bali Nine Myuran Sukumaran mengakui lebih dari siapa pun bahwa dirinya memang telah berbuat kesalahan fatal. "Saya bukan orang yang sempurna," katanya.

Pernyataan Sukumaran ini terungkap dalam surat yang dikirim kepada saudaranya di Sydney, Australia.

Surat itu kemudian dibacakan Kavita Krishnan, teman Sukumaran, dalam program TV Q&A dari ABC yang disiarkan Senin (9/2/2015) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Myuran Sukumaran dan lukisan hasil karyanya di workshop LP Kerobokan.

Kavita yang mengaku berteman dengan Sukumaran sejak usia 16 tahun, mengatakan semua orang yang mengenal Sukumaran kini hancur perasaannya karena tahu apa yang terjadi pada Sukumaran.

Dalam surat itu Sukumaran kemudian menyatakan, "Saya telah belajar banyak dalam penjara. Saya sangat menghargai dan berterima kasih pada sistem hukum Indonesia serta pada petugas LP, yang telah memberi kesempatan bagi saya untuk berbuat bagi diri sendiri dan bagi orang lain dalam penjara."

Sukumaran menambahkan, "Andrew dan saya bukan lagi orang yang sama dengan kami 10 tahun yang lalu." Sukumaran merujuk kepada Andrew Chan, rekan terpidana mati Bali Nine lainnya.

"Kami melakukan kejahatan serius dan memang harus menerima hukuman - namun kami telah cukup menebus hukuman ini, begitu juga keluarga kami," kata Sukumaran.

"Kami mohon biarkan kami hidup dan tetap berada dalam penjara. Keluarga kami tidak seharusnya menderita atas perbuatan kami ini," tambahnya.

Kavita kemudian tak kuasa lagi meneruskan membaca surat Sukumaran, dan bercucuran air mata. Seorang rekan yang di duduk samping Kavita melanjutkan pernyataan itu dengan mengajukan pertanyaan, "mengapa membunuh orang yang telah terehabilitasi?"

Pernyataan Ibu Kedua Terpidana Mati

Sementara itu, Raji Sukumaran dan Helen Chan, ibunda kedua terpidana mati ini, Senin (9/2/2015) juga mengeluarkan pernyataan tertulis di Jakarta.

Mereka sekali lagi memohon kepada Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, Jaksa Agung M. Prasetyo, serta rakyat Indonesia, untuk memaafkan anak mereka.

Mereka menyatakan, "Kami mohon kiranya bisa melihat sekali lagi fakta-fakta kasus ini. Anda akan temukan jawaban mengapa kasus ini berbeda dengan yang lainnya."

Dikatakan, "Kami menyadari betapa seriusnya kejahatan yang dilakukan anak-anak kami. Mereka sangat menyesal, kami pun sangat menyesal. Mereka bukan lagi orang yang sama dengan orang yang melakukan kejahatan 10 tahun silam."

Menurut mereka, Myuran dan Andrew saat ini tidak lagi banyak memikirkan diri sendiri karena lebih fokus pada bagaimana membuat hidup orang lain menjadi lebih baik, dengan membantu narapidana lainnya dalam 10 tahun ini.

Dikatakan, kedua terpidana bersama-sama dengan petugas LP dan pemerintah setempat merupakan pendorong bagi berbagai perbaikan di dalam LP Kerobokan.

Myuran dan Andrew, kata kedua ibundanya, memulai program kursus keterampilan komputer bagi napi lainnya. Begitu juga kursus melukis, film, fotografi, desain grafis, percetakan, musik, tari, gamelan, menjahit, pijat, keterampilan pertolongan pertama, hingga rehabilitas ketergantungan narkoba.

Karena itu, kedua ibunda ini meminta agar apa yang dilakukan anak mereka dalam penjara diperiksa sekali lagi kebenarannya, karena selama ini juga telah menjadi berita dan diakui oleh berbagai pihak.

"Jika hal ini dipandang tidak cukup, kami mohon kiranya anak-anak kami diberi kesempatan lagi untuk meneruskan apa yang telah mereka lakukan bagi narapidana lainnya," kata pernyataan ini.

Kedua ibunda terpidana mati juga menyatakan, mereka tahu benar bahwa rakyat Indonesia sangat baik dan percaya pada kesempatan kedua. "Kami mempelanjari sila kedua Pancasila yang menyangkut kemanusiaan yang adil dan beradab," demikian dikatakan.

Ditambahkan, mantan Kalapas Kerobokan Siswanto telah mengakui sendiri betapa Myuran dan Andrew seharusnya tidak dihukum mati, karena hal itu berarti akan menyia-nyiakan hidup mereka.

"Mohon dibaca kembali testimoni Bapak Siswanto, karena hal inilah yang membuat kami sebagai ibunda terpidana melihat bagaimana anak-anak kami telah menebus kesalahan mereka," demikian pernyataan itu.

"Sekali lagi kami mohon agar anak-anak kami tidak dibunuh," tambahnya.


Australia selama ini tidak lagi mengenal sistem hukuman mati, terhitung sejak tahun 1985. Terpidana mati yang terakhir kali dieksekusi di Australia adalah Ronald Joseph Ryan di Melbourne tanggal 3 Februari 1967.

Pemerintah Australia juga mengajukan keberatan atas rencana pelaksanaan hukuman mati ini dengan alasan kedua terpidana Bali Nine itu terbukti telah mengalami rehabilitasi, dan perlu diberi kesempatan kedua untuk hidup.

- See more at: http://australiaplus.com/indonesian/2015-02-09/bali-nine-duo-gugat-penolakan-grasi-ke-ptun-jakarta/1413383#sthash.4HJE0G9Y.dpuf
Australia selama ini tidak lagi mengenal sistem hukuman mati, terhitung sejak tahun 1985. Terpidana mati yang terakhir kali dieksekusi di Australia adalah Ronald Joseph Ryan di Melbourne tanggal 3 Februari 1967.

Pemerintah Australia juga mengajukan keberatan atas rencana pelaksanaan hukuman mati ini dengan alasan kedua terpidana Bali Nine itu terbukti telah mengalami rehabilitasi, dan perlu diberi kesempatan kedua untuk hidup.

- See more at: http://australiaplus.com/indonesian/2015-02-09/bali-nine-duo-gugat-penolakan-grasi-ke-ptun-jakarta/1413383#sthash.4HJE0G9Y.dpuf
Australia selama ini telah menghapuskan pidana hukuman mati, terhitung sejak tahun 1985. Bahkan, terpidana mati yang terakhir kali dieksekusi di Australia adalah Ronald Joseph Ryan di Melbourne tanggal 3 Februari 1967.

Pemerintah Australia mengajukan keberatan atas rencana pelaksanaan hukuman mati ini dengan alasan kedua terpidana Bali Nine itu terbukti telah mengalami rehabilitasi, dan perlu diberi kesempatan kedua untuk hidup.
(gah/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads