Ratusan orang berkumpul di Spanyol guna memeriahkan festival tahunan yang terkenal di San Fermin, Festival Banteng. Tapi Running of the Bulls bukan satu-satunya festival bagi orang-orang yang suka menantang bahaya. Berikut beberapa festival berbahaya dari seluruh dunia:
1. Festival Banteng, Spanyol
Fokus utama festival adalah menguji keberanian menghadapi kawanan banteng liar dengan bobot 500 kilogram yang dilepas jalan-jalan San Fermin.
Pada pukul 8 pagi massa berlarian berlomba dengan enam banteng dalam jarak sepanjang 850 meter melalui jalan-jalan sempit menuju ke ring banteng di kota itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan orang mengalami cedera setiap tahun - biasanya akibat terjatuh ditengah kekacauan - sementara belasan lainnya diduga telah tewas sejak mulai dilakukan pencatatan.
Festival itu bermula ketika banteng-banteng harus dibawa dari tempat dimana mereka disimpan ke ring di kota itu. Pemuda-pemuda seringkali mengikuti mereka untuk menunjukkan keberanian mereka.
2. Festival Onbashira, Jepang

Setiap enam tahun pada bulan April dan Mei, kayu-kayu gelondongan yang besar dipilih dari pohon-pohon di hutan pegunungan di daerah Danau Suwa dan diangkut dengan tangan ke beberapa kuil kecil di Suwa Taisha.
Bagian dari perjalanan itu mencakup Kiotoshi, dimana para pria setempat menaiki kayu gelondongan itu dan berusaha untuk tetap berada diatasnya pada waktu kayu-kayu itu menuruni lereng gunung yang terjal.
Insiden cedera dan kematian sudah sering terjadi dalam festival itu. Malah tewas akibat terhimpit kayu dianggap sebagai kematian yang terhormat.
Festival berikut dijadwalkan pada 2016.
3. Festival Yanshui, Taiwan

Logisnya, kita sebaiknya tidak berada di dekat mercon yang sedang disulut.
Tapi setiap tanggal 15 bulan pertama kalender China, puluhan-ribu orang berdatangan ke Yanshui di Taiwan barat untuk itu.
Event tersebut - dalam mana petasan sarang tawon dinyalakan ditengah penonton - memperingati suatu wabah kolera lebih dari satu abad lalu, dengan kepercayaan bahwa terkena petasan tersebut akan menangkal nasib buruk.
Para peserta disarankan untuk mengenakan syal di leher mereka supaya jangan terkena di bagian dibawah helm mereka.
4. Takanakuy, Peru
Di Australia, tanggal 25 Desember umumnya dirayakan ditengah keluarga, berkumpul bersama, saling bertukar hadiah dan bersyukur.
Di provinsi Chumbivilcas, Peru, hari itu dimanfaatkan untuk membalas dendam - dengan menggunakan tinju.
Takanakuy - yang berarti "saling pukul" - adalah tradisi yang sudah berusia seabad. Sejumlah besar peserta saling jotos untuk menyelesaikan dendam dan konflik selama setahun terakhir.
Para peserta biasanya mengenakan pakaian tradisional Andes. Mereka boleh menendang dan meninju; tapi menggigit dan menjambak dilarang.
5. El Colacho, Spanyol
Dalam festival ini - yang diadakan di desa Castrillo de Murcia, Spanyol - sejumlah pria berpakaian sebagai iblis melompati bayi-bayi yang lahir selama setahun terakhir, yang dibaringkan diatas kasur di jalanan.
Melompati bayi adalah suatu praktik tradisional, yang dilakukan setiap tahun dalam rangka memperingati festival Katolik, Corpus Christi.
Untungnya, belum pernah terjadi ada bayi yang cedera serius sejak festival itu mulai diadakan.
6. Berguling denga Keju di Cooper's Hill, Inggris
Bukit Cooper's Hill hampir vertikal di beberapa tempat tertentu, maka para peserta biasanya jatuh terjungkal ketika berlomba mengejar keju itu.
Lima lomba mengejar keju digelar pada festival itu, mulai tengah hari pada Senin terakhir setiap bulan Mei.
7. Festival Takeuchi, Jepang
Setelah Hari Valentine, ratusan pria di kota Rokugo berkumpul untuk bertarung antara utara dan selatan.
Sekitar 200 pria dari tim yang berlawanan bertarung setiap tanggal 15 Februari dengan menggunakan batang bambu sepanjang enam meter.
Pertarungan itu dimainkan dalam tiga ronde, dan pada ronde terakhir bambu-bambu itu dibakar dengan api unggun.
Dipercaya bahwa jika tim utara menang, bakal ada panen yang baik, dan jika tim selatan menang, harga beras akan naik.
8. Festival Hadaka, Jepang

Lebih dari 9-ribu pria tanpa busana, hanya mengenakan kain penutup aurat tradisiona, berpartisipasi dalam Festival Hadaka atau Pria Telanjang.
Festival itu digelar di beberapa lokasi di Jepang, tapi yang terbesar adalah di Kuil Saidai-ji.
Pada tengah malam Sabtu ketiga bulan Februari, para pria itu memperebutkan sepasang tongkat suci dan beberapa benda yang membawa keberuntungan lainnya, dengan harapan mereka akan dianugerahi kebahagiaan selama setahun.
Festival itu diadakan pada musim dingin, dan para peserta menghangatkan diri sebelumnya dengan minum banyak sake atau arak Jepang.
9. Saling Lempar Jeruk, Italia
Dalam festival ini, digelar perang-perangan dengan menggunakan buah, untuk melambangkan pertarungan di abad pertengahan antara kaum bangsawan dan rakyat kebanyakan.
Kedua kelompok diwakili dalam pertarungan ini - yang diselenggarakan di kota Ivrea - oleh para pelempar jeruk dengan kereta dan kostum khusus mereka, dan rakyat jelata di bawah.
Masing-masing melemparkan jeruk terhadap lainnya. Cedera dan memar-memar biasa terjadi.
10. La Tomatina, Spanyol
Puluhan ribu orang berkumpul di Bunol pada Rabu terakhir bulan Agustus setiap tahun untuk berebut makanan.
Pertarungan ini diduga berasal dari rebutan makanan antar anak-anak dalam sebuah parade di pertangahan 1940-an.
Lebih dari 100-ribu kilogram tomat yang sudah masak dilemparkan di jalan-jalan pada festival itu.
Dan meski aturan resminya menetapkan tomat-tomat itu harus dilumatkan sebelum dilemparkan, peraturan ini tidak sepenuhnya ditaati.