detikcom bertemu dengan Dudi pada Senin (13/6) lalu di kantornya di Depok, Jawa Barat. Begitu tiba di depan kantor, petugas keamanan yang ramah akan meminta mengisi buku tamu. Sementara bagi masyarakat yang hendak mengurus paspor akan difoto lalu diberi nomor antrean.
Di ruangan Dudi, berjejer sejumlah penghargaan. Dua yang paling mencolok adalah piagam dari Menkum HAM Yasonna H Laoly atas kontribusi Dudi dalam program Tim Koordinasi Pengawasan Orang Asing dan aksinya saat mengungkap kasus narkoba yang melibatkan warga negara Asing pada tahun 2014 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Khusus untuk kasus narkoba, Dudi punya cerita tersendiri. Kala itu, timnya menemukan ada kejanggalan dari dokumen keimigrasian WNA. Setelah ditelusuri dan dilakukan penyelidikan paspor di kediaman WNA tersebut, ditemukanlah barang bukti berupa narkoba senilai miliaran rupiah. Kasus narkoba itu akhirnya dilanjutkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN). Dudi dan jajarannya pun diganjar penghargaan.
![]() |
"Ini jadi kebanggaan tersendiri. Kami sadar, masalah keimigrasian bisa jadi pintu masuk untuk mengusut kejahatan lainnya. Karena itu, sekarang ada tim terpadu yang melibatkan unsur lain," cerita Dudi.
Bukan itu saja prestasi Dudi. Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Emerson F Yuntho pernah memberikan apresiasi kepada Dudi karena memberikan layanan transparansi dan good governance dalam mengurus dokumen keimigrasian. Hal ini bisa tercipta karena inovasi yang digagas pria asal Sumatera Utara tersebut.
Salah satu inovasi yang dibuat Dudi adalah memberi kepastian pada para pembuat paspor. Dia menjamin, urusan paspor bila dokumen sudah dilengkapi hanya butuh waktu tiga hari. Masyarakat hanya perlu datang dua kali saja ke kantor imigrasi.
Selain itu, dia juga memberi kepastian waktu pelayanan kepada pengunjung. Misalnya, Anda memiliki nomor antrean 1-30 maka akan dilayani mulai pukul 08.00 WIB-09.00 WIB. 30 Nomor selanjutnya akan dilayani pada jam berikutnya. Begitu seterusnya.
"Layanan itu dibuat karena ada komplain. Masyarakat sering nanya, kok saya datang dari pagi baru dilayani siang. Padahal nomor antreannya memang banyak. Karena itu, kita beri kepastian. Dia bisa ke mana dulu, nanti baru ke imigrasi kalau sudah jelas waktu pelayanannya. Jadi waktunya tak terbuang," papar Dudi.
Dengan sistem ini, ada dua hal yang berdampak positif. Pertama, masyarakat mendapat kepastian waktu pelayanan; kedua, petugas pun mendapat target yang jelas dalam urusan pemberian layanan. Sejak diterapkan, waktu pelayanan jadi cepat dan antrean panjang dapat dihindari.
Sejumlah inovasi lain seperti sistem pengecekan antrean via online dan SMS juga sudah diterapkan. Ada juga sistem antrean dengan foto wajah agar menghindari praktik percaloan. Ke depan, Dudi sedang menyiapkan inovasi lain agar bisa memberikan layanan paspor lebih cepat, bahkan sampai sehari jadi.
"Ini sedang saya koordinasikan dengan pihak-pihak terkait," terangnya.
Sekilas tentang perjalanan karier Dudi. Dia lulus dari Akademi Imigrasi pada tahun 2003, lalu menjadi pembina di akademi sampai bertugas di kantor Imigrasi Jakbar dan Bogor serta pernah jadi protokoler di Ditjen Imigrasi pusat. Dia juga pernah mencicipi tugas di Bandara Soekarno-Hatta tiga kali, mulai dari petugas teknis sampai terakhir jadi Kabid Pendaratan dan Izin Masuk sampai tahun 2013. Sejak tahun 2014, Dudi menjadi kepala kantor Imigrasi Depok.
Menjadi kepala kantor imigrasi termuda, Dudi memiliki banyak tantangan baik dari luar maupun dalam. Namun semua itu, dia hadapi dengan inovasi dan kerendahan hati.
"Saya lebih senang duduk di customer care. Pengin mendengar apa yang dikeluhkan orang. Dari situ, ide inovasi ini muncul," cerita Dudi soal idenya. (mad/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini