Bersama guru-gurunya, para siswa yang diwakili oleh beberapa orang saja membagikan sembako untuk masyarakat sekitar yang terdampak COVID-19.
Rencananya mereka akan menggantungkan sembako berupa beras, minyak, telur, dan kebutuhan lainnya di pagar sekolah. Namun melihat warga yang terlampau membludak mengantre di depan sekolah, pihak sekolah berinisiatif membagikan sembako secara langsung.
Warga yang berkerumun juga disayangkan tidak mengindahkan aturan social dan physical distancing. Ditambah sebagian warga tidak mengenakan masker.
Dwi Fitria Ambarina, salah seorang guru yang terlibat dalam pembagian sembako, mengatakan kegiatan dadakan itu sebagai ungkapan rasa syukur kelulusan siswa sebab tidak bisa melaksanakan perpisahan lantaran adanya larangan berkumpul selama PSBB.
"Memang tadi kondisinya sangat ramai, membludak warga yang datang. Padahal ini syukuran siswa kelas 12 kecil-kecilan saja. Siswa bingung mau tadinya mau gimana, setelah koordinasi dengan sekolah akhirnya diputuskan memberikan sedikit bantuan sembako untuk warga saja," kata Dwi saat ditemui, Senin (11/5/2020).
Untuk pembagian sembako dengan konsep digantung kali ini, pihaknya hanya menyediakan 250 paket sembako. Ratusan sembako itu ludes dibagikan pada warga hanya dalam waktu 10 menit.
"Kita juga kaget lebih dari 250 orang berdesakan di depan sekolah. Padahal kita enggak gembar-gembor ke warga. Akhirnya warga kita batasi untuk masuk ke halaman sekolah ambil sembakonya. Itu juga masih berebut satu sama lain, agak di luar perkiraan juga," bebernya.
Melihat antusia warga, pihaknya akan merencanakan kegiatan serupa namun mendekati lebaran nanti dengan menyiapkan paket bingkisan lebaran.
"Nanti manajemen pembagiannya akan kita perbaiki, jangan sampai seperti tadi. Kasihan banyak warga yang tidak kebagian karena jatahnya hanya sedikit," tegasnya.
Enung (39), warga setempat, mengaku kecewa tidak mendapatkan sembako. Padahal ia dan warga lainnya sudah antre sejak pagi.
"Ya kecewa enggak dapat, padahal sudah antre dari jam 8 pagi. Dibagikan jam 10 pagi, tapi justru enggak kebagian. Yang kebagian itu malah warga yang baru datang, ditambah ini berdesak-desakan," tuturnya.
Ia mengaku sangat terdampak COVID-19, setelah suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan tidak lagi bekerja dan mendapatkan penghasilan.
"Untuk sehari-hari ya memang mengandalkan bantuan seperti ini saja, anak juga enggak kerja. Mau kerja apa sekarang, serba susah. Bantuan juga belum dapat," ujarnya.
(mso/mso)