“Tim ini sekarang melakukan riset arsitektur dan tata ruang awal peradaban Kota Jayapura yang oleh Belanda dikenal dengan kota Hollandia,” terang Kepala Balai Arkeologi Jayapura, Muhamad Irfan Mahmud, Selasa (30/6/2015).
Irfan menyampaikan, ketua tim riset penelitian ini yakni Sri Chiurillah. Sejumlah bangunan yang tersisa dicek dan diteliti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irfan menyampaikan, Sri Chiurillah menginformasikan sekarang sebagian banguna itu difungsikan sebagai sarana militer. Sebagian laiinya digunakan sebagai rumah penduduk, kantor pemerintah, sarana sosial, rumah sakit, sekolah, dan kantor. Penelitian akan berlangsung dari 27 Juni hingga 8 Juli 2015.
“Dari sisi bahan pokok bangunan ada tiga bahan dinding seng, bahan dinding aluminium, bahan semen,” tutur dia.
“Bangunan yang berbahan semen diikat oleh rangka bambu. Konstruksi ini membuat penyerapan panas dan menurunkan suhu dalam ruangan. Rentang periode bangunan antara tahun 1920-an hingga 1960-an,” ujar dia.
Menurut Irfan, data tim Balai Arkeologi Jayapura Kemdikbud hingga hari ini telah menelaah 17 jenis bangunan dari aspek fungsi. Kajian ini penting untuk mengenalkan awal pertumbuhan peradaban kota kepada stakeholder pendidikan di Jayapura.
“Kajian ini juga dapat menyiapkan data dasar aset kota bagi pengembangan "City Tour" di masa depan oleh pemetintah kota atau kabupaten Jayapura. Diperlukan pelestarian dan revitalisasi dengan bertumpu pada partisipasi pemilik dan tetap memberi akses yang luas bagi pengguna atau pemilik saat ini untuk memanfaatkan,” tutup dia. (faj/dra)