"Sekarang itu pengunjung sudah 3 juta lebih per tahun. Dari kondisi itu, yang paling rawan adalah bagian tangga, aus. Karena dilewati terus dengan sepatu. Kalau batu dilewati terus dengan sepatu dan sebagainya itu bisa jadi aus," jelas Kepala Balai Konservasi Borobudur, Marsis Sutopo, saat berbincang dengan detikcom, Senin (9/3/2015).
Balai sudah mencoba melapisi tangga dengan kayu pada akhir 2014 lalu. Balai memakai kayu lapis dari kayu jati dan kayu ulin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kayu, mulai pada Maret 2015 ini, Balai akan menguji material karet untuk melapisi tangga candi. Karet bagaimana yang akan dipakai, akan dikonsultasikan pada Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik di Yogyakarta.
"Kami akan melalui eksperimen uji, seperti apa karetnya. Misal, karet keset dengan karet ban itu beda, dengan dilakukan eksperimen seperti ini dapat diketahui karet apa yang tahan pada cuaca, hujan dan panas," jelasnya.
Bagian-bagian tangga yang akan dilindungi dari keausan, juga akan ditentukan. Pastinya, yang kerap menjadi lalu lalang para wisatawan.
Sebelumnya, pihak Balai pernah memakai material bahan plastik tebal untuk melindungi tangga, namun tidak berhasil karena material itu licin bila terkena hujan dan pecah bila kena panas. Kini eksperimen material pelapis tangga candi dilakukan kembali sejak akhir 2014.
Pihak Balai akan menguji dan memutuskan material pelindung mana yang akan dipakai pada maksimal pertengahan tahun 2015. "Selama eksperimen, Candi Borobudur akan buka seperti biasa. Justru kita melihat kekuatan material saat banyak turis datang," tuturnya.
(nwk/nrl)