Kepala BMKG Andi Eka Sakya menjelaskan, pada masa transisi ini kondisi atmosfer mengalami perubahan yang begitu cepat. Dampaknya, kerap terjadi cuaca ekstrem di berbagai daerah.
"Proses transisi itu menyebabkan angin kencang terjadi. Ada puting beliung, kadang-kadang cepat sekali ada hujan es seperti di Klaten dan Yogya," katanya dalam jumpa pers di gedung BMKG, Jl Angkasa, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, hal itulah yang menyebabkan cuaca ekstrem di berbagai daerah tidak sama. Kondisi ini juga menyebabkan permulaan musim kemarau di Indonesia tidak terjadi secara serentak.
"Jadi kalau di Jakarta hujan, belum tentu daerah lain juga musim hujan," terangnya.
BMKG memprediksi, musim kemarau tahun ini tidak akan berdampak ekstrem. Sifat musim kemarau tahun 2015 untuk sebagian besar daerah, yaitu sekitar 63,9% diperkirakan normal.
"Kita tidak melihat ada kemungkinan kemarau panjang. 2-3 Bulan lagi kita bisa melihat apakah El Nino akan semakin menguap atau tidak," ujarnya.
(kff/vid)