"Dengan profesi sebagai ekonom yang bekerja terutama di sektor keuangan, saya wajib selalu menggunakan data yang rock-solid sebagai basis analisis. Untuk itu izinkan saya mengajak kita semua, khususnya para peserta Kongres PAN 2015, menganalisis kinerja PAN berdasarkan data yang kokoh, sehingga diperoleh evaluasi yang obyektif," kata Dradjat lewat pesan elektronik kepada detikcom, Minggu (22/2/2015).
Dradjad memakai tolok ukur yang paling mendasar bagi semua parpol, yaitu perolehan suara dalam Pemilu legislatif. Jika perolehan suara naik, kader-kader PAN lebih berpeluang menjadi anggota DPR atau DPRD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut perolehan suara PAN pada Pemilu 1999-2014:
Pemilu 1999: 7.528.956 (7,12%)
Pemilu 2004: 7.303.324 (6.44%)
Pemilu 2009: 6.254.580 (6.01%)
Pemilu 2014: 9.481.621 (7.59%)
"Pertama, perolehan suara terendah dalam sejarah PAN terjadi pada Pemilu 2009, baik dari jumlah maupun persentase suara. Ini adalah periode kepengurusan DPP PAN 2005-2010, dengan Ketua Umum Soetrisno Bachir, Sekretaris Jenderal Zulkifli Hasan, Bendahara Umum Asman Abnur dan Ketua Bappilu Totok Daryanto. Ketua Fraksi PAN DPR RI menjelang pemilu adalah Zulkifli Hasan," kata Dradjad.
Sementara itu perolehan suara tertinggi dalam sejarah PAN terjadi pada Pemilu 2014, baik dari jumlah maupun persentase suara. Ini adalah periode kepengurusan DPP PAN 2010-2015.
"Dengan Ketua Umum Hatta Rajasa, Waketum Dradjad Wibowo, Sekjen Taufik Kurniawan, Bendum Jon Erizal. Ketua Fraksi PAN DPR RI menjelang pemilu adalah Tjatur Sapto Edi," kata Dradjad. Nama-nama tersebut juga kembali masuk dalam tim sukses Hatta baik secara terbuka maupun silent.
"Perolehan suara PAN pada tahun 2014 bahkan lebih tinggi dari tahun 1999. Padahal, pada tahun 1999 tersebut PAN masih menikmati euforia reformasi," imbunya.
Dradjad juga mengungkap fakta bahwa perolehan suara PAN dalam Pemilu 1999, 2004 dan 2009 terbukti terus menurun sebelum kepemimpinan Hatta Rajasa. Di bawah kepemimpinan Ketum Hatta Rajasa, tren buruk ini bukan hanya dihentikan, tapi dibalik menjadi membaik.
"Perlu diingat, membalik tren yang menurun itu memerlukan energi yang jauh lebih besar dibanding melanjutkan tren yang naik, seperti dalam contoh pesawat terbang. Fakta-fakta di atas membuktikan, siapa yang menghasilkan suara tertinggi dan siapa yang terendah. Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Saya hanya menjalankan โQul al Haqq walau kaana murronโ," pungkasnya.
(van/nrl)