"Saya mualaf sejak 20 tahun lalu. Kedua orang tua saya Konghucu, saudara-saudara saya katolik. Anak-anak saya kristen," ujarnya kepada detikcom di sela acara lomba kreasi hijab di halaman Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, Kamis (19/2/2015).
Lindawati (49) menjadi mualaf tanpa paksaan dari orang lain pada Tahun 1996 lalu. Ia sempat menimba ilmu tentang ke-islam-an di salah satu pondok pesantren di Jakarta. Kemudian, mendapatkan suami muslim.
Toleransi umat antar beragama di keluarga Linda ini cukup tinggi. Lindawati memiliki tiga anak dan satu cucu. Anak-anaknya memilih keyakinannya berbeda dengan Linda dan suaminya. Sedangkan kedua orang tuanya tetap di Konghucu, bahkan ayahnya adalah satu suhu. Sedangkan kakak dan adik-adiknya juga berbeda keyakinan.
Namun, ada keturunan dari Tionghoa, sesuai dengan tradisi Imlek mendoakan leluhurnya dan menjalin hubungan silaturahim satu sama lainnya.
"Imlek tetap silaturahmi sesuai tradisi kami di keluaraga tionghoa. Kami juga mendoakan leluhur sesuai keyakinan kami masing-masing," ujarnya.
Lindawati tinggal bersama suami dan kedua orang tuanya di Bukit Vila Mas Surabaya. Rumah tersebut juga terdapat tempat beribdah bagi kedua orang tuanya. Namun, Linda tetap bisa menjalankan ibadah salat di rumah tersebut.
"Di rumah biasa saja. Kami berdoa sesuai keyakinan kami masing-masing," terangnya.
Dalam momen Imlek ini, Linda berharap agar muslimat Tionghoa mapun yang mualaf untuk mengenakan hijab.
"Selain menarik, menggunakan hijab ini juga untuk menutupi aurat," tandasnya.
(roi/bdh)