"Yang jadi persoalan sekarang Mendagri masih katakan pakai format lama yang masih tanda tangan oleh ketua, wakil ketua. Itu yang saya katakan 2013 dan 2014 kita ditipu. Makanya saya nggak mau, maunya pakai e-budgeting," ujar Ahok di sela meninjau pengerjaan waduk Sunter, Jakarta Utara, Kamis (12/2/2015).
"Kita sudah bahas setengah mati, coret setengah mati, masa tiba-masa cuma staf DPRD cuma ketik-ketik dicampurin. Dikurangi 20 persen, 50 persen. Makanya banyak sekolah, gedung kantor, RS nggak jadi karena uang korupnya nggak ngerti. Nggak ngerti motongnya lho. Mereka pikir masa sih dipotong 20 persen nggak bisa, akhirnya proyek jembatan dan sebagainya jadi setengah-setengah. Jadi kita juga nggak bisa kerja dulu kan, kan sudah disetujui Mendagri," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahok menekankan dirinya tidak mau mengikuti format lama APBD sesuai ketentuan Kemendagri. Sebab, menurut mantan Bupati Belitung Timur ini model e-budgeting ke depannya akan menjadi model percontohan nasional.
"Mendagri paksa pakai format lama, saya nggak mau. Saya sudah lapor presiden dan presiden intruksikan, 'Hei mendagri ikuti format DKI karena ini akan jadi model nasional'. Kalau nggak pakai model e-budgeting kita ditipu lagi nggak kayak dulu? Tipu lagi, masa saya 3 tahun ketipu, saya cuma 5 tahun jadi gubernur," pungkas Ahok
(aws/nwk)