Debit Sungai Welang yang membelah wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan mulai meninggi sekitar pukul 16.00 WIB, Selasa (10/11). 3 Jam kemudian air mulai meluap dan menggenangi pemukiman warga di Desa Tambakrejo Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan dan Desa Karangketug Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan.
Warga yang sudah sangat hafal dengan kondisi tersebut sudah mulai mengemasi barang-barang berharga untuk dipindahkan ke lokasi yang lebih tinggi. Banyak warga yang memilih bertahan di rumah karena sudah menyiapkan tempat di dalam rumah. Sebagian warga memilih menuju jalan raya pantura untuk menghindari hawa dingin.
"Sama dengan Jakarta. Di sini sering banjir," kata Muhlas, salah seorang korban banjir.
Pantauan detikcom, Rabu (11/2/2015) dini hari, beberapa warga masih tampak duduk-duduk di jalan raya. Sebagian lagi tiduran di atas dipan tinggi di dalam rumah. Banjir di lokasi ini biasanya surut di siang ahri sehingga warga tak bisa tidur nyaman dan kedinginan.
"Biasanya besok siang baru surut. Tapi kalau pas air laut pasang yang lama," kata seorang anggota Kodim Pasuruan, Waki, yang berpatroli bersama petugas Tagana dan warga menggunakan perahu di pemukiman yang terendam.
Sejumlah warga juga sibuk menitipkan nasi bungkus kepada petugas untuk diberikan kepada keluarganya di yang bertahan di rumah. Meski ratusan rumah terendam banjir, hanya tampak dua perahu karet di lokasi.
"Biasanya ada bantuan nasi bungkus besok pagi," ujar Munif, salah seorang warga.
Banjir di pemukiman ini hampir selalu terjadi setiap pekan saat puncak musim hujan. Selain debit air yang besar, luapan Sungai Welang juga membuat tanggul jebol. Biasanya pemerintah setempat membuat posko pengungsian dan membagikan nasi bungkus. Namun demikian, banyak warga yang terpaksa membeli sendiri karena tak kebagian.
Jika debit air terus meninggi, banjir juga merendam jalan raya jalur pantura Pasuruan. Seringkali lalu-lintas dari Surabaya menuju Banyuwangi mengalami kemacetan.
(fat/fat)