Kepala Bidang Kesehatan Pencegahan Pemberantasan dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Mudji mengatakan, kasus DBD tahun ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2014.
Menurutnya, penderita DBD tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Hanya Kecamatan Trawas yang tidak ditemukan kasus DBD. Kasus DBD terbanyak ditemukan di Kecamatan Kutorejo mencapai 13 kasus dengan 2 diantaranya meninggal dunia.
"Pasien yang meninggal 1 orang berusia di atas 20 tahun, 4 pasien lainnya anak-anak. 2 Pasien meninggal di Kecamatan Kutorejo, 3 pasien lainnya asal Kecamatan Sooko, Bangsal, dan Gondang," kata Mudji kepada wartawan saat menggelar fogging bersama PWI Mojokerto di Desa Mojodadi, Kecamatan Kemlagi, Senin (9/2/2015).
Besarnya kasus DBD tahun ini, lanjut Mudji, membuat Kabupaten Mojokerto menyandang status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD sejak 23 Januari lalu. Jumlah penderita DBD tahun ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2014. Tahun lalu, hanya ditemukan 49 kasus DBD. Tidak ada satu pun pasien yang meninggal dunia.
"Kami berharap jumlah pasien DBD dalam Februari ini turun sehingga KLB bisa diselesaikan. Kami sudah melakukan penyuluhan dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan masyarakat dan fogging ke semua wilayah yang positif terdapat pasien DBD," ungkapnya.
Sayangnya, fogging baru menyentuh 30 persen dari 87 sasaran wilayah yang ditemukan kasus DBD. "Dalam 2 minggu ke depan fogging akan kita selesaikan untuk 87 lokasi positif DBD," tandasnya.
Sementara itu, foging kali ini digelar PWI Mojokerto bersama dinkes setempat untuk memperingati Hari Pers Nasional ke 69. Fogging menyasar 3 dusun di Desa Mojodadi, yakni Dusun Bakalan, Kalimati dan Kedungwaru.
"Saat ini kasus DBD di Mojokerto status KLB, upaya ini agar penderita DBD bisa ditekan," jelas Ketua Panitia HPN PWI Mojokerto, Handi Firmansyah di lokasi.
(fat/fat)