Karena dianggap membahayakan bagi keselamatan pengunjung, sejak lima hari terakhir wisatawan dilarang mendekati kawah.
"Larangan mendekati kawah ini bukan karena aktivitas vulkanik, tapi naiknya asap sulfatara atau belerang karena musim hujan. Ini sangat membahayakan, sehingga wisatawan dilarang turun ke kawah," kata Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Eka Muharam, Rabu (04/02/2015).
Pihak BPBD tidak melarang wisatawan melakukan pendakian ke puncak Ijen, namun pengunjung disarankan tak mendaki di malam hari. Sebab jika malam hari, gelembung udara sulfatara ini tidak terurai oleh matahari, sehingga sangat membahayakan.
Menurut Eka, dampak dari fenomena ini udara di puncak Ijen menjadi padat, tentunya tak bagus bagi pernapasan. Pernyataan larangan ini semata mata untuk menjaga keselamatan pengunjung. Selain itu, cuaca hujan juga kurang bagus untuk mencari pemandangan blue fire.
"Larangan mendekati kawah ini diberlakukan tanpa batas waktu yang tidak ditentukan. Kami masih pantau terus kondisi cuaca. Selama cuaca belum bersahabat, wisatawan tetap dilarang turun ke kawah, tapi hanya sebatas di puncak," tegasnya.
Larangan mendekati kawah ini sudah menambah rentetan kondisi buruk cuaca di kawah Ijen. Sebelumnya, gunung kebanggaan Banyuwangi ini juga beberapa kali ditutup lantaran aktivitas vulkanik yang meningkat.
Gunung Ijen di barat kota Banyuwangi ini berada di ketinggian 2799 mdpl dan tergolong gunung api aktif. Meski begitu, sepanjang tahun wisatawan asing dan domestik banyak yang berburu keindahan kawah belerangnya. Kawah ini disebut-sebut yang terindah dan terbesar produksi belerangnya di Asia. Tak heran jika kawah Ijen menjadi salah satu ikon pariwisata Banyuwangi.
(iwd/iwd)