Genangan air setinggi 50 cm merendam jalan-jalan desa, halaman sekolah, dan rumah-rumah yang berada di sekitar aliran sungai. Akibatnya para orang tua harus menggendong anak-anaknya untuk berangkat ke sekolah.
"Terpaksa mas, daripada seragamnya basah," ujar Rudi, salah seorang wali murid yang menggendong anaknya menerjang banjir yang merendam halaman PG-RA Muslimat NU Salafiyah di Desa Mandirejo, Rabu (4/2/2015).
Menurut Kepala Sekolah PG-RA Muslimat NU Salafiyah Desa Mandirejo, Maria Tulkibtiyah, sekolah yang dipimpinnya itu sengaja tidak diliburkan. Hal ini karena siswa sudah terlalu sering diliburkan, gara-gara banjir.
"Dilema juga sih mas, tadi sempat terjadi perdebatan antar guru. Tapi akhirnya kami putuskan tetap masuk," tuturnya.
Dijelaskan Maria, sekolah yang berlokasi di tepi sungai Mandirejo itu menjadi langganan banjir. Hampir setiap hujan deras mengguyur wilayah perbukitan kapur, maka dapat dipastikan banjir merendam halaman sekolah.
"Selama musim hujan ini sudah tujuh kali. Meski daerah sini nggak hujan, tapi kalau daerah atas sana hujan, ya sini pasti banjir," jelasnya sambil menunjuk perbukitan kapur.
Diharapkan ada upaya pemerintah daerah untuk mengatasi banjir yang terus melanda Desa Kapu dan Desa Mandirejo. Pasalnya banjir yang merendam jalan-jalan desa membuat aktivitas warga terganggu. Tak jarang warga harus mendorong motor karena mogok kemasukan air.
(ze/ze)