Tolak Sebut Taliban Sebagai Teroris, Gedung Putih Dikritik

Tolak Sebut Taliban Sebagai Teroris, Gedung Putih Dikritik

- detikNews
Jumat, 30 Jan 2015 16:32 WIB
Ilustrasi
Washington - Gedung Putih Amerika Serikat menolak untuk menyebut militan Taliban di Afghanistan sebagai kelompok teroris. Hal ini menuai kritikan dari oposisi yang menuding pemerintahan Presiden Barack Obama tidak memahami situasi terbaru.

"Mereka memang melakukan taktik yang sama dengan terorisme, mereka melakukan serangan teror dalam upaya mencapai agenda mereka," ucap juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest saat membahas soal Taliban, seperti dilansir AFP, Jumat (30/1/2015).

"Namun benar pula bahwa penting untuk membedakan secara jelas antara Taliban dengan Al-Qaeda," sebut Earnest, menekankan pada perbedaan kedua kelompok militan tersebut. Seperti diketahui, Al-Qaeda telah sejak lama dinyatakan AS sebagai organisasi teroris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Taliban merupakan organisasi yang sangat berbahaya," imbuhnya.

Dalam argumennya, seperti dilansir ABCNews, Earnest menyebut Al-Qaeda yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris, memiliki jaringan yang lebih luas dan global, serta melakukan serangan teror terhadap warga dan kepentingan AS di seluruh dunia.

Sikap Gedung Putih ini menuai kritikan banyak pihak, termasuk media AS dan juga politikus Partai Republik. Gedung Putih dianggap tidak konsisten mengenai Taliban.

Di satu sisi, memang militan Taliban di Afghanistan tidak masuk dalam daftar Organisasi Teroris Asing yang dirilis Departemen Luar Negeri AS. Militan Taliban di Pakistan-lah yang masuk daftar tersebut.

Namun di sisi lain, Departemen Keuangan AS menerapkan sanksi antiteror terhadap sekitar 2 ribu pejuang, pemimpin, pendukung dan penyandang dana Taliban. Padahal sanksi ini hanya diterapkan pada organisasi teroris yang masuk dalam daftar 'Specially Designated Global Terrorists'.

"Taliban menggorok leher, menyerang bus, mengerahkan bom mobil ke pasar-pasar dan mereka bukan kelompok teroris. Lihat, Anda tidak bisa menjadikan pemerintahan ini seperti lelucon," sebut politikus Republik, Charles Krauthammer.

Kritikan lainnya menyebut pembedaan yang diyakini Gedung Putih ini lebih didasarkan pada kepentingan politik, bukan kenyataan. Yakni, dengan merujuk pada pertukaran tahanan Taliban dengan tentara AS Bowe Bergadhl.

Perdebatan ini memang muncul ketika Gedung Putih bersikeras bahwa, pertukaran tahanan antara Yordania dengan ISIS berbeda dengan pertukaran tahanan yang dilakukan AS dengan Taliban pada tahun 2014 lalu.
Dalam keterangannya, Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Eric Schultz pada Rabu (28/1), menyatakan pertukaran lima tahanan Taliban dari penjara Guantanamo dengan pembebasan Bergahdl sudah konsisten dengan kebijakan AS. Alasannya, Taliban merupakan 'kelompok pemberontak bersenjata' dan bukan organisasi teroris. Gedung Putih menegaskan, AS tidak akan berunding dengan organisasi teroris.


(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads