"Pernah saya suruh buka tapi mancur airnya, deras sekali. Terus saya suruh tutup dulu. Nggak tahu dari mana airnya itu, katanya ada yang bilang jika terowongan itu terkoneksi dengan Sungai Kalimas," terang Risma, Kamis (29/1/2015).
Risma juga penasaran dengan keberadaan terowongan yang ada di dalam bungker itu. "Mboh jalure nangdi ae, aku yo penasaran," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bagian sudut ada dua anak tangga terbuat dari besi yang menghubungkan ke lorong berukuran 1,5 meter x 1,5 meter. Lorong kecil itu terdapat di dua sisi. Sayangnya, di kedua lorong itu terbuntu dengan pintu terali besi.
Di depan pintu besi bunker telah dipasang plakat petunjuk berwana kuning keemasan yang berbahasa Belanda. Jika diterjemahkan bunyinya:
"Banyak peninggalan sejarah berupa bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Surabaya, salah satunya adalah bangunan cagar budaya gedung Staadhius te Soerabaia (sekarang Balai Kota) di Surabaya, yang menjadi pusat dari pemerintahan Kota Surabaya saat ini.
Gedung ini dibangun tahun 1923 pada masa walikota kedua Surabaya Gj Dijkerman dan menghabiskan biaya sekitar 1.000 gulden. Bangunan tersebut merupakan karya dari arsitek berkebangsaan Belanda GC Citroen dan pelaksananya HV Hollandsche Beton Mij. Bangunan tersebut dilengkapi dengan bunker bawah tanah yang disiapkan sebagai tempat perlindungan menghadapi Perang Dunia II tahun 1939-1945 dan konon merupakan salah satu dari 257 bunker yang dibuat pada gedung-gedung di Surabaya yang dibangun sebelum 1942-an".
(gik/try)