Pemerhati Anak Khawatirkan Psikologi Siswi yang Fotonya Dipajang di Sekolah

Pemerhati Anak Khawatirkan Psikologi Siswi yang Fotonya Dipajang di Sekolah

- detikNews
Rabu, 28 Jan 2015 16:34 WIB
Foto dipajang
Surabaya - Tindakan sebuah SMPN di Surabaya yang menghukum salah satu siswinya dengan cara mempermalukan di depan teman-teman dan memajang foto, dianggap sangat tidak tepat. Tindakan tersebut memperlihatkan jika sekolah tidak mengetahui tentang perspektif anak.

"Sekolah kita masih belum ramah terhadap siswanya. Sekolah hanya memandang setiap kejadian secara hitam dan putih," kata Isa Anshori, pemerhati pendidikan anak kepada detikcom, Rabu (28/1/2015).

Karena cara pandang secara hitam putih itulah, kata Isa, maka anak, dalam hal ini siswa, menjadi layak dihinakan seperti yang dilakukan SMPN tersebut.

"Hal-hal seperti itu tidak mencerminkan dunia pendidikan," lanjut Isa.

Isa menambahkan, jika mengacu pada UU perlindungan anak, maka anak adalah korban meski ia melakukan sesuatu yang tidak baik. Anak melakukan sesuatu yang tidak baik itu karena dia adalah korban dari situasi baik keluarga dan sekolah. Anak seharusnya tidak mengenal perbuatan tidak baik tersebut jika ia tidak menjadi korban.

Mengenai tiga pilihan yang diberikan ke siswi tersebut akibat perbuatannya, Isa menganggap itu bukan pilihan. Tetapi tekanan dengan satu tujuan yakni agar anak tersebut mengaku. Dan pihak sekolah berhasil menekan si anak dengan tidak memberikannya pilihan yang lain.

"Untuk kasus ini, sekolah sudah tidak mampu melakukan penanganan," terang Isa.

Apapun yang dilakukan si anak, kata Isa, sekolah seharusnya sadar bahwa anak tidak bisa disalahkan. Sayangnya dalam kasus ini, sekolah tidak sadar dan justru melakukan penghakiman. Isa mengatakan bahwa seharusnya sekolah menggandeng pihak lain jika tak mampu melakukan penanganan.

"Kan ada LSM atau psikolog, seharusnya mereka dilibatkan," jelas Isa.

Isa menjelaskan bahwa setiap anak adalah berbeda, dan setiap individu adalah unik. "Harus ada langkah bijak dari sekolah. Penanganan terhadap anak biasa tentu saja berbeda dengan penanganan terhadap anak yang energinya berlebih," lanjut Isa.

Isa sendiri mengkhawatirkan kondisi psikologi siswi tersebut. Ada dua kemungkinan terhadap siswi tersebut setelah ia dihukum seperti itu. Pertama, kenakalannya bisa menjadi-jadi. Dan kedua adalah ia justru depresi.

"Akibat yang paling dikhawatirkan jika depresi adalah bunuh diri," ujar Isa.


(iwd/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.