"Buat saya, BW adalah guru saya. Kalau di film-film kungfu, ya BW seperti 'suhu' tempat saya belajar jurus-jurus dan nilai-nilai. Saya berinteraksi langsung secara personal dengan BW sudah hampir 15 tahun terakhir ini," ujar Taufik mengawali ceritanya.
Hal tersebut disampaikan Taufik melalui akun twitternya @taufikbasari, Minggu (25/1/2015). Taufik mengatakan interaksi pertamanya saat ia diwawancara langsung oleh BW dalam tes masuk LBH Jakarta pada tahun 2000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di tahun 1996 itulah saya mulai penasaran dengan sosok BW ketika terjadi konflik YLBHI terkait kepengurusan. Di tahun 1996 itu saya penasaran, siapa ini BW, ex direktur LBH Papua (dulu LBH Jayapura) lalu diangkat jadi Ketua YLBHI," ungkap Taufik.
Taufik kagum akan keberanian BW saat sendirian dikirim ke LBH Papua pada tahun 1986. Di sana BW ditempa untuk menghadapi tentara dan masyarakat adat. Baru pada tahun 1993 BW kembali ke Jakarta dan tahun 1996 terpilih sebagai ketua YLBHI menggantikan Adnan Buyung Nasution.
"Dulu tahun 2000 sebagai anak baru saya sering nimbrung di ruangan BW kalau ada diskusi-diskusi termasuk kalau BW atau Cak Munir ngobrol-ngobrol dengan pers. Dari situ saya belajar bagaimana menganalisis persoalan, memberikan keterangan pers dan sebagainya," kenang Taufik.
Menurut Taufik, BW mengajarkan tiga hal penting kepadanya, yaitu integritas, keberanian dan konsistensi. Ia juga belajar menangani kasus, advokasi, public speaking dan banyak hal lain dari BW.
"Semakin ke sini, BW semakin religius, terutama soal ikhlas dalam bekerja. Dan saya menangkap ikhlasnya itu modal keberanian BW menghadapi apa pun," tutur Taufik.
"BW menekankan soal posisi membela kebenaran yang tidak boleh abu-abu, kemudian konsistensi sikap dan pikiran sangatlah penting," imbuhnya.
(rna/ahy)