"Sudah kita cek ke sana, keterangan keluarganya, DF ini menghilang sejak 10 hari yang lalu. Pamit ke keluarganya mencari kerja," kata Kasat Reskrim Polres Jombang, AKP Harianto Rantesalu saat dihubungi detikcom, Kamis (22/1/2015).
Upaya kepolisian mengungkap identitas korban pembunuhan ini salah satunya dengan alat scan sidik jari Mobile Automated Multi Biometric Identification (MAMBIS). Meski akurasinya hanya 80 persen, salah satunya muncul nama DF yang memiliki ciri-ciri fisik mirip dengan mayat wanita yang ditemukan di kebun tebu.
DF diketahui tinggal di sebuah desa yang berjarak sekitar 60 Km dari Kabupaten Wajo. Namun, untuk memastikan kebenarannya, Harianto mengaku masih menunggu sidik jari DF dari kepolisian setempat.
"Kami masih menunggu sidik jari yang ada di data kependudukan dari kepolisian setempat," tandasnya.
Harianto menambahkan, hasil penelusuran di TKP penemuan mayat, ditemukan sebuah koper warna hitam berukuran besar dan kantong berwarna cokelat mirip kantong mayat. Kedua alat ini ditemukan di dalam kebun tebu dengan jarak sekitar 500 meter dari titik penemuan mayat.
"Dugaan kami kedua alat ini digunakan untuk mengakut mayat karena pada koper tercium bau anyir seperti bau darah manusia, sedangkan pada kantong terdapat bercak darah yang diduga darah korban," ungkapnya.
Mayat wanita ini ditemukan warga di kebun tebu Dusun Pagotan, Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan, Jombang, Sabtu (17/1). Saat ditemukan, mayat dalam kondisi telanjang dan tidak ada satupun identitas yang melekat pada korban.
Dari pemeriksaan polisi, mayat wanita ini memiliki ciri-ciri rambut lurus sebahu, kulit kuning langsat, tinggi 145 cm, semua kuku tangan dan kakinya dicat warna orange. Korban diperkirakan berusia 25-30 tahun dengan perawakan kecil.
Polisi memastikan mayat ini menjadi korban pembunuhan. Ditemukan luka sayatan senjata tajam pada leher bagian depan korban. Meski ditemukan dalam kondisi telanjang, polisi memastikan korban tidak diperkosa pelaku sebelum dibunuh.
(fat/fat)