"Kebanyakan ada di Kecamatan Kota, ada juga wilayah pedesaan yang endemis. Itu semuanya kita pantau," ujar dr Eko Budiono, Kepala Dinas Kesehatan setempat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/1/2015) pagi.
Eko mengatakan wabah DB kali ini lebih parah dibanding pekan yang sama tahun sebelumnya. Saat itu jumlah kasus dalam pekan yang sama sebanyak
16 kasus. Peningkatan trend diduga terkait perubahan iklim serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap lingkungan. Pemerintah daerah sendiri telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).
"Kasus (tahun) kemarin masih dalam jumlah 16, itu ada satu kematian," imbuh Eko.
Menyusul penetapan status KLB Demam Berdarah oleh bupati, lanjut Kadinkes, sejumlah upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit berbahaya tersebut. Pemerintah daerah melalui dinas terkait menginstruksikan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk serentak tiap hari Jumat. Kegiatan kerja bakti PNS nantinya akan diarahkan ke sejumlah kantong endemis DB.
Eko Budiono menilai, upaya memutus mata rantai perkembangbiakan jentik dengan pola menguras, menutup, mengubur (3M) selama ini terbukti paling efektif. Hanya saja, upaya itu dilakukan bersama-sama dalam radius 100 meter. Harapannya, baik jentik maupun nyamuk dewasa tidak memiliki ruang gerak berpindah ke tempat lain.
"Pertama, mari galakkan gerakan 3M. Kedua, jika mendapati adanya gejala mirip DB segera hubungi petugas kesehatan, puskesmas, atau rumah sakit," pungkasnya wanti-wanti.
(bdh/bdh)