Okupansi Hotel di Surabaya Kwartal I akan Turun 70 Persen

Okupansi Hotel di Surabaya Kwartal I akan Turun 70 Persen

- detikNews
Rabu, 14 Jan 2015 08:34 WIB
Surabaya - Tingkat hunian (Okupansi) hotel di Surabaya kwartal I tahun 2015 akan mengalami penurunan sekitar 70 persen. Hal itu disebabkan berbagai faktor. Seperti larangan pegawai negeri sipil (PNS) rapat di hotel sampai Travel Advice Kedubes AS dan Australia serta pembekuan rute penerbangan berangkat atau kedatangan ke Surabaya.

"Kondisi pada kwartal I di Tahun 2015 ini akan sangat berat sekali. Okupansi akan anjlok sampai 70 persen" ujar Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, M Soleh, Rabu (14/1/2015)

Soleh menerangkan, hampir semua hotel di Surabaya dan Jatim mengandalkan kegiatan seperti rapat yang dilakukan oleh PNS. Namun, adanya kebijakan pemerintah yang melarang PNS rapat di hotel akan berdampak pada penurunan permintaan sekitar 50 persen.

"Backbone hotel kontribusinya dari (kegiatan) pemerintah. Bahkan ada yang mencapai 90 persen. Dengan adanya kebijakan dari pemerintah ini, dampaknya sangat luar biasa," tuturnya.

Selain larangan rapat di hotel bagi PNS, faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat hunian hotel seperti kebijakan Kementerian Perhubungan tentang pembekuan rute penerbangan dari Surabaya maupun keluar Surabaya.

Katanya, akibat pembekuan rute tersebut, banyak calon konsumen yang membatalkan booking-nya. "Pembekuan rute penerbangan ini dampak penurunannya sekitar 10 persen," kata pria yang juga GM Bisanta Bidakara Hotel Surabaya ini.

Ia menerangkan, begitu maskapai AirAsia dibekukan, rata-rata setiap hotel kehilangan 25-50 tamu per hari. "Seperti di Bisanta ini, padahal sudah booking 2 malam sebanyak 25 orang di-cancel. Itu dari satu maskpai belum maskapai lainnya," ujarnya.

"Begitu rute penerbangan ditutup, dampaknya pasti mengalami penurunan. Sebaliknya begitu dibuka, pasti bertambah baik dari wisatawan maupun pebisnis," jelasnya.

Faktor travel advice dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan Australia untuk warganya yang hendak bepergian atau berada di Surabaya, juga mempengaruhi penurunan okupansi sekitar 10 persen.

"Masalahnya khusus bagi orang Amerika dan Australia. Tapi karena media memblowup besar-besaran, akhirnya wisatawan manca negara lain juga menjadi khawatir dan takut," jelasnya.

Jumlah hotel di Jawa Timur sebanyak 1.610 hotel dan terdapat sekitar 35.000 kamar. Dari jumlah tersebut sekitar 100-an hotel yang berbintang. Tahun 2015 ini situsi yang cukup sulit dihadapi oleh pengusaha hotel dan restoran.

Selain faktor tersebut, juga adanya kebijakan kenaikan gas, tarif dasar listrik (TDL), harga bahan pangan naik, akan memperparah kondisi perhotelan dan restauran di Surabaya dan Jawa Timur.

"Biayanya naik pendapatannya turun. Kondisi tersebut ke depan bagi bisnis perhotelan dan restauran nggak akan menarik lagi," tandasnya.


(roi/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.