Berbicara sehari setelah long march bersejarah digelar di Prancis, Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian menyebut bahwa Prancis masih berisiko dilanda serangan lainnya. Demikian seperti dilansir Reuters, Senin (12/1/2015).
"Ancamannya masih terus ada dan kita harus melindungi diri kita sendiri dari mereka. Ini seperti operasi internal yang mengerahkan banyak personel hampir sama seperti operasi luar negeri kita," sebut Le Drian kepada wartawan setempat usai rapat kabinet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan di kantor Charlie Hebdo menewaskan 12 orang termasuk dua polisi dan para jurnalis. Serangan ini disebut-sebut dilakukan terkait karikatur Nabi Muhammad yang pernah dipublikasikan Charlie Hebdo.
Pelaku penembakan Charlie Hebdo, yang terdiri atas kakak-beradik Said dan Cheriff Kouachi serta seorang pemuda berusia 18 tahun, Hamyd Mourad. Mourad terlebih dahulu menyerahkan diri, sedangkan Kouachi bersaudara menjadi buron selama 2 hari, sebelum akhirnya tewas di tangan polisi setelah dikepung di pinggiran Prancis.
Pertumpahan darah lainnya terjadi pada Jumat (9/1), ketika Amedy Coulibaly melakukan penyanderaan di supermarket Yahudi dan berujung pada tewasnya empat sandera. Coulibaly tewas di tangan polisi setelah penggerebekan di lokasi tersebut dilakukan.
Dalam keterangan terpisah, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve menyebutkan, sekitar 4.700 personel kepolisian dikerahkan di sebanyak 717 sekolah Yahudi di Prancis. Hal ini sebagai langkah antisipasi usai serangan di supermarket Yahudi yang dilakukan Coulibaly.
(nvc/ita)