Puluhan orang memakai seragam berbeda-beda sudah siap menunggu ambulans yang akan tiba. Masker terpasang di wajah masing-masing dan ada satu orang berbaju polisi memegang HT memberi arahan ke semuanya.
"Kamu empat orang ke sebelah sana, yang ini biar dijaga PMI saja. Tolong-tolong itu jalan diatur dulu biar tidak terhambat," kata seorang petugas polisi tersebut di siang hari Jumat (2/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samar-samar terdengar sirine dari kejauhan yang membuat semua tim di situ mengambil posisi siaga. Mereka yang berada dalam tim itu berasal dari Kepolisian, TNI, Satpol PP, PMI, dan tentunya ada pula tenaga medis RSUD Imanuddin.
Empat branker (kereta pembawa pasien) sudah dijajarkan agar tepat di belakang ambulans. Masing-masing tim kecil yang mendampingi satu branker langsung mengeluarkan jenazah dari ambulans.
Satu branker didampingi sekitar sepuluh orang dari kesatuan yang berbeda-beda. Setelah itu dibawa ke ruangan posko DVI (Disaster Victim Identification) yang telah disiapkan untuk merawat jenazah.
"Jangan buru-buru, jangan buru-buru. Pelan saja supaya tidak terguncang," kata polisi yang memegang HT.
Meski tak terburu-buru, tapi langkah mereka terbilang cepat. Tanpa mengganggu pasien lain, iring-iringan branker itu sudah masuk ke ruang DVI.
Anggota tim yang tak mendorong branker bertugas membersihkan lantai bekas brangker melintas. Sekejap kemudian lorong sudah seperti sedia kala.
Sementara tugas di luar ruangan rampung dan ambulans bertolak kembali ke Lanud Iskandar, tim di dalam ruang DVI mengerjakan tugasnya. Sidik jari, struktur gigi, dan penanda identitas sekunder lainnya dirawat sedemikian rupa sehingga tak rusak.
Jenazah kemudian dibaringkan dalam peti berhias bunga dan diberikan lapisan aluminium foil. Selanjutnya adalah prosesi pembacaan doa yang dilantunkan pemuka agama setempat sehingga perjalanan berikutnya lancar.
(bpn/aan)