Ini Pengalaman Pendeta Julius Memberi Pelayanan Kaum Waria

Ini Pengalaman Pendeta Julius Memberi Pelayanan Kaum Waria

- detikNews
Sabtu, 27 Des 2014 14:25 WIB
Foto: Olyvia Hulda
Surabaya - Menjadi pendeta sebuah panggilan bagi Julius Soetedjo. Padahal sejak kecil, dirinya bercita-cita menjadi guru. Pengalaman memberi pelayanan terhadap umat manusia pun dilakoni sejak menjadi pendeta 34 tahun silam.

Kini, usianya yang sudah menginjak 55 tahun makin paham akan kebutuhan tiap orang. Beragam orang telah diberi pelayanan, baik anak-anak, remaja, orangtua, tahanan, mantan napi dan lain-lain. Bahkan saat memberi pelayanan terhadap kaum minoritas pun, bapak tiga anak ini paham atas komunitas tersebut.
 
"Kaum waria cukup beragam. Tapi komunitas tersebut bisa menjangkau banyak waria di seluruh Indonesia untuk berkumpul," kata pria asli Paciran Lamongan tersebut kepada detikcom, Sabtu (27/12/2014).

Penampilan mereka selama ibadah berlangsung, kenang Julius, seperti seorang perempuan tulen. Saking miripnya dengan perempuan tulen, dirinya tidak bisa membedakan yang mana perempuan asli, yang mana waria.

"Pernah diajak main tebak-tebakan sama teman saya, yang mana perempuan asli, yang mana waria. Saat saya menebak, ternyata salah. Yang perempuan tulen ternyata yang terima tamu, bukan yang pemimpin pujian," jelas Julius dengan tersenyum.

Menurut Gembala Sidang GBI Taman Pondok Jati ini, kaum waria bukanlah kaum yang harus dijauhi, tapi kaum yang patut mendapat prihatin dan perlu mendapat pembinaan. Mereka juga khidmat dan khusyu saat beribadah.

"Mereka seperti itu juga karena lingkungan. Atau bisa jadi dari faktor genetik," tambahnya.

Dia meyakini, bila kaum waria bertemu dengan Tuhan secara pribadi, harusnya mengalami perubahan dan tidak tertarik lagi dengan sesama jenis. Bahkan lebih memilih menjadi pekerja yang baik dan halal.

"Seorang waria bisa bertaubat tidak hanya dari khotbah saja. Namun waria harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan," terangnya.

Setelah seorang waria mengalami perjumpaan dengan Tuhan, anak terakhir dari 6 bersaudara ini, yakin akan berdampak bagi lingkungannya. Selain tidak tertarik dengan sesama jenis lagi, pasti si waria juga berkontribusi di kaumnya dan menolong untuk menjadi kembali seperti kodratnya.

"Peranan mentor dan pembina juga sangat penting dalam perkembangan kerohanian dan mental dari kaum waria yang baru bertaubat. Pihak gereja tidak juga boleh diam saja. Setelah bertaubat, hendaknya dibina dalam komunitas yang tepat. Lalu setelah itu, ia juga dapat berkontribusi di lingkungannya," tandas putra dari Ny Maimunah dan Soedjitno.

(fat/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.