Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara yang tidak disebutkan namanya mengatakan, akan ada konsekuensi serius jika Washington menollak ajakan tersebut. "Akan ada konsekuensi serius jika menolak untuk menyetujui penyelidikan bersama dan terus menuduh Pyongyang (yang meretas)," ujar juru bicara tersebut seperti yang disiarkan kantor berita resmi KCNA dan dilansir Reuters, Sabtu (20/12/2014).
Pada Jumat (19/12) kemarin, Presiden AS Barrack Obama menyalahkan Korea Utara atas serangan siber terhadap Sony Pictures terkait sebuah film komedi tentang pemimpin Korea Utara berjudul 'The Interview'. Korea Utara membantah dan menyebut tuduhan itu sebagai fitnah tidak berdasar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika AS menolak untuk menerima proposal kami untuk penyelidikan bersama dan terus berbicara dengan menyeret kita ke dalam kasus ini, akan ada konsekuensi serius," kata juru bicara itu.
Obama mengatakan, Korea Utara telah bertindak sendirian dalam serangan siber terhadap sebuah perusahaan multinasional. Washington kemudian berkonsultasi dengan Jepang, Korea Selatan dan China untuk membantunya mengekang Korea Utara.
Jepang dan Korea Selatan menjawab dan menerima kerjasama itu. Sementara China belum menanggapi walau surat kabar setempat memberitakan film tersebut sebagai karya AS yang tidak bisa dibanggakan.
"Mengejek Kim Jong Un hanya karena dari arogansi budaya adalah tidak masuk akal," kata surat kabar itu.
Ini adalah pertama kalinya AS langsung menuduh negara lain atas serangan siber sebesar itu. Obama mengatakan, dirinya berharap bahwa Sony berbicara kepadanya terlebih dahulu sebelum menarik film, dan hal itu menunjukkan preseden buruk.
"Saya pikir mereka membuat kesalahan," kata Obama.
Penyidik mengungkapkan adanya temuan koneksi ke Korut dalam bentuk alat yang mirip seperti digunakan negara itu pada serangan cyber sebelumnya terhadap Korsel. Sejumlah orang juga mengaitkan serangan peretas itu dengan film Kim Jong Un, The Interview, yang siap diedarkan Sony.
Bulan Juni lalu pihak Korut sempat menyerukan agar PBB dan AS memblokir film tersebut lantaran cap yang ditujukan padanya. Dalam film itu, Korut digambarkan sebagai negara yang menerapkan darurat perang dan 'mensponsori kegiatan terorisme'.
Rencananya, pada 25 Desember atau Hari Natal Sony akan merilis 'The Interview' yang dibintangi oleh James Franco dan Seth Rogen sebagai wartawan asal Amerika Serikat (AS). Mereka direkrut oleh CIA untuk membunuh Kim karena merupakan pemimpin yang otoriter usai melakukan wawancara.
(vid/vid)