Seorang pedaganga di toko bunga kayoon, Anis Darmojaya (26) mengaku kondisi ini dialami sejak tahun 2010. Padahal tahun 2009, dirinya bisa menjual pohon cemara 50 buah 2 minggu sebelum natal. Untuk tahun ini hanya bisa menjual 5 pohon cemara.
"Turun drastis mbak lebih dari 90%, hancur lebur tidak seperti tahun-tahun lalu. Ini saja sudah dari bulan November sampai sekarang hanya kulak 5 pohon dan itu pun cuma laku 4 pohon," kata perempuan berkacamata ini kepada detikcom di tokonya, Rabu (17/12/2014).
Bahkan, jelas dia, modal untuk menjual pohon cemara di tokonya tidak mendapatkan apa-apa hingga tidak bisa mengembalikan modal awal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Purwanto, pedagang toko bunga 'Suciono' di Jalan kayoon No 15. Pria asal Solo ini hanya bisa menjual 3-5 pohon cemara.
"Sama saja sederet penjual di sini semua pada sambat sepi gara-gara pohon cemara tidak laku. Kalah sama pohon natal yang terbuat dari plastik itu," ungkapnya.
Kondisi ini juga diungkapkan pedagang di Pasar Bratang. Jika biasanya para pemesan dari Surabaya atau luar pulau memesan 1 bulan menjelang natalan, hingga H-1 pohon cemara tidak terjual.
"Mau gimana lagi, cuma bisa pasrah. Dulu sekitar tahun 2000 hingga 2011 masih bisa jual 50 atau 60 pohon menjelang natal gini. Tapi sekarang sudah hampir natalan cuma bisa laku 1 pohon saja. Jadi biar tetep balik modal, pohonya saya jual murah saja," jelas Wahyu, yang memiliki usaha sejak 1978.
Sementara seorang pembeli mengaku dengan membeli pohon natal dari plastik bisa awet dan bisa dipergunakan lagi di tahun mendatang.
(fat/fat)