"Kami melatih para guru di sembilan sekolah tersebut selama 15-18 Desember 2014. Ini ikhtiar kami untuk terus memantapkan penyelenggaraan pendidikan inklusi yang sudah berjalan di Banyuwangi," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Pelatihan tersebut bertempat di SMPN 1 Giri Banyuwangi dengan dukungan penuh dari Rajawali Foundation, sebuah lembaga sosial yang fokus di bidang pendidikan kebijakan publik, Selasa (16/12/2014).
Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang didesain mampu meniadakan kendala yang bisa menghalangi setiap anak untuk mengakses pendidikan.
Anas mengatakan, dengan 115 sekolah inklusi yang ada di Banyuwangi, anak penyandang disabilitas bisa belajar di sekolah reguler, mempelajari mata pelajaran yang sama, dan mengikuti semua kegiatan di sekolah tanpa ada diskriminasi.
"Sekolah-sekolah tersebut sudah dilengkapi dengan guru pembimbing khusus dan sarana prasarana yang aksesibel bagi anak penyandang disabilitas. Kehadiran sekolah-sekolah tersebut bisa memberi kemudahan bagi anak penyandang disabilitas," jelasnya.
Selama ini, sambung Anas, keberadaan sekolah khusus atau yang lazim disebut Sekolah Luar Biasa (SLB) masih terbatas. Sebagian besar ada di daerah kota dan jauh dari rumah anak penyandang disabilitas. Kondisi itu sering membuat mereka mengalami putus sekolah. Dengan keberadaan 115 sekolah inklusi, mereka bisa bersekolah di tempat yang lebih dekat dengan rumah mereka.
"Kami juga terus meningkatkan kualitas para gurunya, termasuk melalui pelatihan yang sekarang digelar," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Program Rajawali Foundation, Agung Binantoro, menuturkan, tujuan program pelatihan ini adalah mengubah paradigma proses belajar-mengajar di kelas inklusi, serta meningkatkan keahlian dan pemahaman pengajar terhadap peserta didik di sekolah inklusi.
Dengan pelatihan ini, perangkat sekolah diharapkan dapat menyusun peta jalan pengembangan masing-masing sekolah yang berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan inklusi di Banyuwangi,” jelas Agung.
"Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, kemampuan pengajar dalam menentukan peta jalan lebih terarah dan terukur terhadap pengembangan pendidikan inklusi. Kami akan cek tiga bulan lagi untuk mengevaluasinya," pungkas Agung.
(fat/fat)