Keberadaan makam keramat di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, kerap 'diserbu' peziarah asal seantero nusantara. Situs cagar budaya yang dikeramatkan penduduk setempat dan warga luar daerah ini paling banyak bercokol di Kecamatan Darmaraja.
Boleh dibilang wilayah Darmaraja ini tersohor untuk kegiatan wisata ziarah. Situs-situs sakral di Darmaraja terancam tenggelam lantaran pembangunan Waduk Jatigede. Patut dicatat pembangunan waduk itu guna pembangunan dan pengairan sawah-sawah di Sumedang. Tercatat 15 situ cagar budaya berupa makam leluhur yang belum direlokasi.
Paling terkenal ialah Situs Cipeueut I yang dipercaya sebagai makam keramat Prabu Aji Putih. Lokasinya di Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Prabu Aji Putih raja pertama Kerajaan Tembong Agung yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria berusia 62 tahun ini saban hari mengawal makam keramat yang terletak di puncak bukit yang sekelilingnya hutan dan hamparan sawah. Duduk santai beratap saung, Ahdiyat membagi kisah berkaitan motif para peziarah mendatangi makam Prabu Aji Putih.
"Mereka ingin kelancaran saat panen sawah, hajatan biar lancar, dimudahan pekerjaannya, dan lain-lain. Tapi niatnya baik-baik," ucap Ahdiyat yang sudah 14 tahun menjadi kuncen makam Prabu Aji Putih.
Menurut Ahdiyat, ragam kalangan dan status sosial pernah bertandang ke makam yang dianggap sakral. Mulai petani, pegawai negeri sipil (PNS), hingga pejabat. Dia menjelaskan, sewaktu musim pemilihan calon legislatif (caleg), beberapa waktu lalu, makam Prabu Aji Putih tak pernah sepi peziarah.
Dia enggan menduga-duga apakah ada kaitannya peziarah itu dengan para caleg. Namun Ahdiyat tak membantah ada caleg yang sengaja ziarah.
"Memang ada beberapa orang mengaku Caleg. Ya mungkin mencari harapan supaya lolos," ujar Ahdiyat yang mengaku tidak mengenali nama caleg-caleg itu.
Cerita serupa diungkapkan Abas Wibawa, juru kunci Situs Kapunduhan berupa makam Embah Ratu Wulung, di Kampung Cipeundeuy, Desa Sukaratu, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Di tempat makam keramat ini motif peziarah beragam niat. Kebanyakan menginginkan kemudahan rezeki, kelancaran acara menikah serta sunatan, dan menyambut panen sawah.
Tetapi, kata Abas, ada peziarah yang sengaja mencari jimat. "Ya ada saja peziarah yang ziarah sampai malam untuk mendapatkan benda pusaka," ucap Abas di area makam.
Pria berumur 62 tahun ini menyebut makam Embah Ratu Wulung tidak semeriah disambangi peziarah seperti makam keramat lainnya di daerah Darmaraja. "Tapi tetap, setiap makam-makam karuhun itu menyimpan nilai sakral," ujar Abas yang dipercaya menjadi kuncen sejak 1995.
Ziarah ke makam keramat tidak melulu soal urusan tirakat. Salah satu peziarah, Wira Toma (39), punya pandangan tersendiri soal maksud melipir ke makam keramat.
"Kalau saya senang budaya (Sunda). Jadi niatnya lebih ingin mengenal budaya," kata Wira, warga Cijerah, Kota Bandung, saat ditemui detikcom di makam Prabu Aji Putih.
Wira mengaku sejak 2009 sering mengunjungi makam-makam keramat di Sumedang. Dia bertujuan silaturahmi yang tentunya bermakna bagi kehidupan pribadi. "Ibarat saat kita naik gunung, lalu tiba di puncak gunung. Ada kepuasaan batin," tutur wiraswasta ini.
Apa alasan lain berlama-lama di makam keramat? "Saya bertafakur. Tapi saya tidak memuja (kepada arwah makam keramat). Tentunya tetap meminta dan berdoa kepada Allah," ujar Wira.
(ndr/mad)