Kris Thebu: Konservasi Raja Ampat Sempat Terganjal Mindset Cari Uang Cepat

Kris Thebu: Konservasi Raja Ampat Sempat Terganjal Mindset Cari Uang Cepat

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikNews
Rabu, 10 Des 2014 12:39 WIB
Ketua Dewan Adat Suku Maya Raja Ampat, Kris Thebu (Foto: Nograhany WK)
Jakarta - Ketua Dewan Adat Suku Maya, Kris Thebu, menggagas Sistem Patroli Pengawasan Laut Raja Ampat sejak 2008. Dibantu beberapa tokoh adat lain dan beberapa LSM lingkungan, Kris mengajak warga Raja Ampat melakukan konservasi. Di awal, mindset cari uang cepat sempat mengganjal.

"Kendalanya, semua orang dulu berpikiran bagaimana bisa mendapat uang dengan cepat. Tidak memikirkan bagaimana mengelola sumber daya agar lestari. Padahal kalau sumber daya dikelola dengan baik, uang bisa mengalir dengan sendirinya," jelas Kris Thebu.

Berikut wawancara lengkap Kris Thebu, yang juga Manajer Konservasi Raja Ampat Conservation International dengan detikcom. Kris menceritakan proses, hambatan serta hasil konservasi di Raja Ampat usai acara Diskusi dan Pemutaran Film β€œGuardians of Raja Ampat” di @america, Pacific Place, Kawasan SCBD, Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (9/12/2014) malam:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya membaca tentang Sistem Patroli Pengawasan Laut Raja Ampat, itu ada sejak kapan dan siapa inisiatornya?

Sitem patroli di Raja Ampat mulai 2008 dan yang bentuk sistem patroli saya sendiri. Saya menggagas sistem patroli yang dibangun masyarakat adat dari kampung.

Yang mana setiap orang yang bertugas berpatroli itu harus membawa surat tugas dari kepala kampung. Jadi dia bekerja selama satu minggu, dia kembali. Ada lagi kepala kampung yang memberikan surat rekomendasi kepada masyarakat yang berikut lagi untuk patroli.

Ada berapa warga di Raja Ampat dan berapa kampung yang terlibat?

Kalau kita mau hitung kampung, banyak. Tapi yang terlibat itu ada di dalam kampung yang berada di kawasan konservasi, kurang lebih sekitar 50-an kampung. Kalau orang masyarakat Raja Ampat kita tak bisa hitung karena banyak orang.

Sistemnya bergilir, jadi semua orang punya giliran untuk menjaga Raja Ampat itu. Masing-masing kampung membentuk kelompok-kelompok patroli masyarakat yang secara bergilir mendapat tugas naik perahu menjaga kawasan konservasi itu.

Satu kali patroli ada berapa kapal?

Kalau kita lihat saat patroli, kapal atau speed boat untuk masing-masing kawasan ada 1 (kapal). Kurang lebih semua ada sekitar 6 speed boat besar yang dipakai dan diatur untuk berpatroli di semua kawasan. Satu speed boat dengan mesin 42 PK.

Bagaimana sistem patrolinya?

Sistem itu sistem bergilir yang kami bangun sesuai dengan masing-masing kampung. Kami sampaikan tadi dia naik di atas, di atas itu di pos. Pos pengawasan ada sistem yang diatur di sana, ada pimpinan pos yang mengatur bagaimana masyarakat itu berada di pos, ada yang patroli, bawa speed boat, ada koki masak, ada yang kelola logistik. Dibagi tugas semua untuk melakukan tugas selama 1 minggu, dia bekerja sesuai dengan sistem yang ada.

Jadi satu kali patroli ada 6 kapal selama 1 minggu?

Iya, itu di masing-masing kawasan. Semacam di kawasan Selat Dampier mempunyai speed boat ada 3, untuk 3 kawasan karena besar. Kawasan Teluk Mayalibit ada 1. Terus kawasan Wayag ada 1 (speed boat), kawasan Ayau ada 2 (speed boat). Masing-masing speed boat beroperasi di kawasannya masing-masing.

Partrolinya setiap hari?

Iya secara acak. 1 Minggu bisa 2 kali, bisa 3 kali, tergantung, ada kapal yang dicurigai tidak.

Sekarang Kementerian Kelautan dan Perikanan di bawah Menteri Susi Pudjiastuti sedang galak menindak kapal nelayan asing pencuri ikan. Bagaimana dengan di Raja Ampat, apakah sering menemui kapal asing pencuri ikan?

Ya, kami dapat. Ada kapal dari Filipina, dari Taiwan, sekali-kali kapal patroli dapat. Tapi mereka punya kekuatan. Kekuatan besar mesin sehingga dia bisa lari cepat sehingga kapal patroli tidak bisa dapat.

Kami dari dulu berharap bahwa ada petugas yang bisa memback up patroli masyarakat sehingga jika ada pelanggaran-pelanggaran dari luar langsung bisa ditegakkan hukum, bisa ditangkap atau diproses karena ada penegak hukum yang memback-up patroli masyarakat. Selama ini tidak ada.

Tidak ada aparat hukum yang berjaga di Raja Ampat?

Tidak ada. Patroli masyarakat cuma patroli sendiri dan dia tidak punya kekuatan hukum atau punya kekuatan untuk bisa mengejar atau menangkap kapal-kapal dari luar.

Tapi yang paling penting untuk saya di Raja Ampat sangat marak dengan pengeboman yang dilakukan oleh orang Indonesia sendiri.

Oh ya? Dari mana kapal pengebom ikan itu?

Dari luar Raja Ampat, kebanyakan yang kita dapat orang yang tinggal di Indonesia itu, maaf ya, itu orang Buton, yang datang dan tinggal di Sorong. Mereka itu yang masuk Raja Ampat untuk terus melakukan pengeboman di Raja Ampat. Ini yang menjadi tantangan besar dan belum bisa selesaikan ini.'

Jadi kami sebagai orang RA berharap kepada pemerintah pusat, jangan tenggelamkan kapal luar atau asing saja. Tapi bagaimana juga memberantas pengebom ikan. Harapan kami, kalau Menteri Susi melihat, mari kita melihat bahwa ada musuh dari dalam juga yang sangat berbahaya. Mari kita berantas ini dengan membuat aturankah, atau pemeriksaan atau bagaimana caranya apapaun sehingga tidak boleh ada pengeboman lagi.

Secara frekuensi, 1 bulan misalnya, ada berapa insiden pengeboman?

Wah.. itu hampir setiap hari. Di daerah-daerah yang tidak dijangkau patroli itu orang-orang bom ada itu.

Yang terjadi itu orang dari Buton itu, dari Sulawesi. Mereka terus melakukan pengeboman, sehingga kami melihat bahwa ikan yang dimakan di Kota Sorong atau Kabupaten Sorong itu ikan bom, hasil pengeboman oleh orang-orang tadi.

Pencurian ikan dari kapal asing, 1 bulan frekuensinya berapa kali?

Ya kalau kita hitung-hitung di Raja Ampat dari kapal luar itu tidak ada. Itu sekali-sekali, bisa saja 3 bulan baru ada, 4 bulan baru ada.

Tapi setiap bulan tidak ada, karena patroli masyarakat sangat rutin jaga kawasan. Yang sering dari dalam (kapal nelayan lokal), ini jadi PR buat kita.

Bila mendapati nelayan pengebom ikan, apa yang bisa dilakukan Kapal Patroli Raja Ampat? Mengejar atau menegur?

Kami tidak bisa tangkap. Karena mereka lawannya bom. Kami cuma punya data dari GPS, bisa menaruh titik di mana pelanggaran itu terus terjadi di daerah itu. Sehingga ini menjadi informasi bagi kami ketika kami melapor kepada pemerintah daerah, bahwa daerah ini rawan bom. Kami butuh petugas untuk bisa atasi daerah itu.

Itu GPS-nya dari mana? Bantuan pemerintah atau pihak lain?

Ini bantuan NGO. Kami peduli dengan Raja Ampat sehingga bisa bekerja sama dengan NGO dan pemerintah. Macam BBM kapal, logistik lokal, itu dari NGO. Dari warga cuma tenaga.

NGO apa?

Conservation International (CI), ada juga yayasan lokal yang khusus menjaga penyu, karena penyu di Raja Ampat sangat banyak.

Di Misool Resort, punya kawasan patroli sendiri untuk Misool, dia kawasan sendiri di selatan Raja Ampat.

Misalnya mendapati pelanggaran nggak bisa berbuat apa-apa?

Iya. kita tidak bisa kejar

Apakah para pengebom ikan itu membawa senjata dan pernah mengancam kapal patroli?

Bawa bom, bisa berbahaya, kecuali ada petugas polisi yang bawa senjata maka mereka bisa dicegat. Bom ikan. Tapi kan bisa dipakai untuk mengancam patroli keliling.

Luasan area konservasi di Raja Ampat berapa?

1 juta hektar lebih. Kalau total luasan Raja Ampat saya kurang tahu, itu tanyakan ke Pemerintah atau Bupati, ada datanya.

Ada kearifan lokal dari warga untuk menjaga kelestarian ikan itu?

Ada, sistem Sasi Laut kepada biota-biota seperti udang, teripang.

Setiap berapa bulan?

Tergantung kesepakatan. Pada mulanya masyarakat bikin pertemuan dulu. Punya kesepakatan kira-kira biota apa yang mau di-sasi. Setelah itu, ditentukan kapan akan Sasi dan berapa lama akan Sasi.

Ada kesepakatan. Kalau mereka bilang 1 tahun ya kami jalankan 1 tahun. Setelah 1 tahun, sebelum satu tahun untuk membuka Sasi ada rapat lagi adat, masyarakat kumpul, rapat lagi, kira-kira ukuran mana yang boleh ambil, alat apa yang boleh, harga berapa. Terus setelah harga, masyarakat mana yang boleh ambil.

Membuka berapa lama, 1 minggu 2 minggu, semua setelah mendapat kesepakatan secara tertulis, baru Sasi dibuka. Dan dilakukan upacara bisa dengan adat bisa dengan gereja.

Pernah mendapati ada pelanggaran dari Sasi Laut itu?

Iya. Kalau kita lihat pelanggaran Sasi ada. Tapi banyak orang yang melakukan pelanggaran sebelum Sasi dibuka itu sering mendapatkan bahaya.

Maksudnya kena karma jelek?

Iya, karma jelek. Bisa sakit, ada sampai orang meninggal.

Itu terjadi secara otomatis?

Iya, terjadi secara otomatis. Contoh saja baru-baru ini, ada orang di daerah Sailolof, ada orang diambil buaya, buaya tangkap itu orang, langsung bawa. Ternyata orang itu melanggar Sasi. Seharusnya tidak boleh tapi sengaja, itu bisa terjadi.

Jadi selama ini kebutuhan protein warga Raja Ampat cukup terjaga dari laut?

Iya, cukup terjaga. Karena kami punya laut yang besar.

Tak ada cerita kekurangan ikan?

Iya karena kearifan lokal itu. Kami masyarakat Raja Ampat hidup 80% dari laut, 20% darat.

Akhir-akhir ini banyak wisatawan, apakah itu cukup mengganggu konservasi?

Sebenarnya kami tidak terganggu, selama tamu tak merusak, kami tak rasa apa-apa. Malah kami bersyukur, ada wisatawan berkontribusi bagi pemerintah ataupun masyarakat. Karena di Raja Ampat cuma 2 sektor unggulan kabupaten, perikanan sama pariwisata.

Jadi selain orang jaga makan ikan, tapi ada dampak perikanan pada pariwisata itu yang bisa sama-sama menghidupkan masyarakat Raja Ampat.

Kendalanya apa di awal-awal saat memulai mengajak konservasi?

Kendalanya, semua orang dulu berpikiran bagaimana bisa mendapat uang dengan cepat. Tidak memikirkan bagaimana mengelola sumber daya supaya lestari. Padahal kalau sumber daya dikelola, uang bisa mengalir dengan sendirinya.

Banyak yang mengeluh kalau ke Raja Ampat itu mahal, lebih murah ke Singapura. Mengapa, apa memang mahal karena transportasinya, atau memang
dibuat mahal untuk tujuan menjaga konservasi?

Sebenarnya ada 2 keuntungan. Selain mahal supaya tetap terjaga, sekarang ada niat pemerintah sehingga sekarang ke Raja Ampat tidak
terlalu mahal. Kecuali untuk kapal sailboat yang besar tadi iya, seperti pinisi itu, hotel berjalan.

Kalau langsung masuk Raja Ampat, pemerintah sekarang sudah siapkan transportasi banyak. Ada kapal cepat sampai di Waisai, mau menginap di mana, tinggal diatur, situ ada homestay, ada masyarakat usaha transportasi dan sebagainya

Banyak wisatawan biasanya kan banyak sampah, sudah siap konservasinya?

Kalau di Raja Ampat ada pengelolaan sampah. Yang paling penting kami tanamkan kepada semua orang Raja Ampat, siapapun yang datang harus ada rasa memiliki Raja Ampat. Kalau dia rasa memiliki Raja Ampat, berarti tidak boleh buang sampah sembarang.

Bahwa konservasi sebenarnya bukan untuk laut saja, tapi konservasi ada dalam diri dan pribadi seseorang. Kalau dia mengerti bahwa hidup ini perlu diatur, ya tidak buang sampah sembarangan. Karena dia mengerti bahwa selain dirinya ada orang lain juga yang dapat manfaat.

Tapi ini mesti tertanam, seperti di Raja Ampat sekarang, kami tanamkan itu di masyarakat Raja Ampat, bahwa Raja Ampat bukan milik kita saja. tapi milik semua, individu, kelompok, masyarakat, banyak, semua.

Makanya saya pernah bilang bahwa kalau orang Indonesia mau sejahtera mari mengerti konservasi itu dengan baik. Karena dengan mengerti konservasi itu kita mengatur hidup, tidak ada konflik, antara satu tidak menyakiti yang satu, karena hidup ini saling membutuhkan. Ini inti dari konservasi tadi.

Warga lokal Raja Ampat sudah sangat mengerti konservasi ya?

Mengerti. Kalau kita lihat banyak dan ini butuh terus bahwa suatu saat orang Raja Ampat mengerti bagaimana mengelola sumber dayanya dan dia bisa merasakan, dan dia menjadi tuan di atas sumber dayanya sendiri.

Harapan pada pemerintah, Menteri KKP Susi Pudjiastuti hingga TNI-Polri?

Kalau harapan kami, bahwa khusus untuk Raja Ampat, dari Menteri Susi, TNI AL, Polairud, mari kita lihat Raja Ampat. Kasusnya masih ada di Raja Ampat, yaitu pengeboman. Harapan kami, supaya jangan ada pengeboman lagi. Kalau kita menghapus pelanggaran di dalam negeri ini, mari jangan cuma kapal luar, kapal dalam juga harus dihapuskan yang pakai sistem pengeboman. Mulai punya aturan baru. Kalau dia mengebom, apa sanksi yang tegas, supaya orang itu takut.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads