Mereka mengeluhkan biaya terapi yang mahal bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Dan memberi fasilitas agar sekolah-sekolah umum di Surabaya menyediakan fasilitas bagi anak-anak ABK dan menerimanya dengan baik.
"Kami ini ibarat orangtua jatuh tertimpa tangga. Anak kami sudah cacat mental tapi terapinya mahal. Tidak ada satu pun oranhtua mau anaknya seperti ini. Justru kita semua orangtua mendapat titipan khusus dari Tuhan," kata seorang ibu di hadapan Risma yang kesal dengan perilaku sekolah umum, di acara 'Apresiasi Siswa Inklusi Surabaya' peringati Hari Disablitas International, di Kebun Bibit Jalan Ngagel, Sabtu (6/12/2014).
Hal senada juga diungkapkan seorang warga Tambaksari, Ny Ari Suwita (39). Ibu tiga anak ini mengungkapkan dirinya bingung terhadap dua anaknya yang mengalami autis dan penyimpang perilaku sehingga malas sekolah. Mendengar curhat Ny Ari, Risma lantas memeluk anak keduanya yang akrab dipanggil Hami.
"Wis sesuk sekolah ambek bu wali ya (Sudah besok sekolah sama bu wali ya)," tandas Risma sembari disambut senyum guru-gurunya.
(fat/fat)