Mereka juga mampu berpantomim, menari dan senam seperti masyarakat lainya. Hal ini terlihat saat memperingati hari disabilitas internasional di Balaikota Yogyakarta yang diikuti ratusan difabel, Sabtu (6/12/2014).
Ketua Panitia Penyelenggara, Marjani mengatakan untuk menguasai keterampilan seperti pantomim dan menari harus mendapatkan pelatihan. Waktu pelatihan sekitar 3 bulanan. Jika dilatih terus maka mampu menguasai keterampilan dengan bagus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para difabel ini, berasal dari 76 sekolah difabel yang ada di DIY. Mereka merupakan penyandang difabel mulai dari tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan tuna netra.
Salah satu penyandang tuna netra, Triyanto (29) berharap kegiatan tidak hanya berhenti pada ceremonial semata melainkan benar-benar nyata bagi kehidupan para difabel yang lebih baik.
Menurutnya, selama ini para difabel kebanyakan masih bekerja di sektor informal. Kemudian masalah fasilitas bagi difabel yang belum tersedia sepenuhnya. Ada fasilitas difabel yang tersedia, namun banyak yang beralih fungsi.
"Di trotoar Malioboro itu memang ada untuk jalan tuna netra, tapi sudah digunakan untuk parkir, PKL. Kita kalau lewat sana juga kesulitan," kata Triyanto.
(aan/aan)