"Ini diduplikasi. Proses menirunya itu yang kami sayangkan bisa terjadi. Jadi kayaknya itu mobil untuk niru 1 nomor pintu aja, kan hari Sabtu heboh di medsos (Express) D0 8015 (korban pertama), jadi mungkin diganti nomornya jadi D0 8012 (korban kedua) untuk ngerampok lagi," ungkap Direktur Keuangan David Santoso di Restoran Sari Kuring, SCBD, Jaksel, Kamis (4/11/2014).
Untuk menghindari calon penumpang menggunakan unit taksi Express palsu, David pun menyebut ada beberapa ciri yang bisa dilihat. Mulai dari logo, hingga pelat baja bersegel di bagasi sebagai langkah antisipatif keamanan bagi penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Express juga memiliki sistem keamanan pemasangan pelat baja di bagasi yang merupakan sekat pembantas antara bagasi dengan kursi penumpang. Sekat berwarna abu-abu ini terlihat saat bagasi dibuka dengan ketebalan 1 mm dan instalansi menggunakan rivet serta dipatri. Segel berseri pun dipasang pada pelat ini di atas lambang logo Express Group yang diemboss sehingga tidak bisa dicopot.
"Partisisi atau pelat kita pasang sebenarnya jauh melebih saran yang dianjurkan. Kalau cover (sarung) kursi putih. Nanti secara berkala akan kami ganti supaya tidak mudah ditiru. Untuk yang kasus perampokan di dalamnya nggak ada LED, reader BCA, sama argo, itu nggak ada. Itu diakui oleh korban," kata David.
Ketua Organda DKI Jakarta Safruhan Sinungan yang turut hadir dalam pernyataan pers Express Group mengaku prihatin dengan adanya kasus ini. Ia pun berharap agar pihak kepolisian segera mengungkap kasus kejahatan ini.
"Kita sangat prihatin karena kami bersama seluruh operator angkutan sedang mempersiapan meningkatkan kualitas mutu pelayanan untuk penumpang," ujar Safruhan.
"Semoga ke depan ini tidak menimpa ke operator-operator lain karena ini merupakan preseden yang buruk. Ini sangat meresahkan penumpang moda angkutan terutama ini terjadi malam hari," sambungnya.
Menurutnya, di Jakarta sendiri ada 35 operator taksi yang berada di bawah naungan Organda. Jika operator tersebut melakukan hal yang melanggar ketentuan, Organda menyatakan akan merekomendasikan kepada pemerintah agar izin operasionalnya dicabut.
"Setahu kami semua perusahaan taksi terstandarirasi. Kami harap ini tidak rusak industri taksi. Kalau bisa ini diungkap tuntas, dibuka siapa orangnya (pelaku). Ini meresahkan perusahaan taksi dan penumpang. Kalau operatornya nggak benar, kami akan rekomendasikan ke pemerintah untuk stop izinnya. Kita selalu melakukan evaluasi terhadap operator di bawah Organda," tandasnya.
(ear/vid)