"Yang saya takutkan itu Golkar ini bisa merembet ke lainnya mengajak PAN, Gerindra, PKS dan lain buat tolak Perpu. Kalau Demokrat ya saya enggak tahu. Kalau seperti ini sama saja percuma balikin sebelumnya," ujar Malik di ruang Fraksi PKB, komplek parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2014).
Dia mengatakan penolakan Perpu oleh Golkar ini diprediksi menjadi persoalan yang muncul kembali antara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan Koalisi Merah Putih (KMP). Malik melihat peluang adu jumlah pemungutan suara atau voting dalam penentuan putusan bakal terjadi lagi. Pasalnya, secara hitung-hitungan KIH belum kuat terkait Pilkada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Demokrat terkesan marah, kecewa. Tapi, nanti bagaimana kita enggak tahu kan. Ini kan karena persoalan belum dibahas secara konstitusi, tapi secara partai sendiri langsung mengeluarkan putusan," sebutnya.
Namun, justru yang lebih mengkhawatirkan menurutnya adalah dampak terhadap masyarakat kalau realisasi Pilkada lewat DPRD terwujud.
"Potensi demokrasi mundur, ada sistem oligarki. Cara pemilihan eksklusif menjadi tertutup, dan rakyat tidak bisa menentukan itu. Artinya keterlibatan masyarakat nol dan tidak ada pertanggungjawaban politik secara moral kepada rakyatnya," ujarnya.
(hat/rmd)