Dari pengamatan detikcom, Selasa (2/12/2014) di lokasi, puluhan korban lumpur yang berada di dalam areal peta terdampak sudah berkumpul di tanggul penahan lumpur titik 42 Desa Renokenongo, Kecamatan Porong.
Rencannya, mereka akan menuju ke tanggul titik 25 untuk menghentikan aktivitas BPLS. Namun usaha warga gagal, karena di titik 35 ratusan petugas kepolisian mengahdang warga dengan melakukan blokade.
"Saya sangat kecewa sekali dengan BPLS yang sedang melakukan aktivitas hari ini. Karena sampai saat ini proses pembayaran warga korban lumpur yang berada di dalam areal peta terdampak belum ada kejelasan," kata Korlap aksi Subagiyo (31), warga Desa Renokenongo.
Korban lumpur mengaku kecewa dengan petugas kepolisian yang menghadang langkah mereka. "Saya juga jengkel pada aparat kepolisian yang seharusnya membantu masyarakat yang telah dirugikan dengan adanya lumpur lapindo ini. Kita sudah 8 tahun menderita mas," terangnya.
Sementara itu Humas BPLS Dwinanto Prasetyo saat dihubungi melalui telepon selulernya mengatakan, mendekati musim penghujan pihaknya kembali melakukan aktivitas perbaikan tanggul. "Kita tidak melakukan aktivitas selama 8 bulan mulai bulan Mei 2014 sampai sekarang," ujarnya.
Saat ini menurut Dwinanto, banyak tanggul yang kondisinya sangat kritis, diantaranaya di titik 73 Desa Kedungbendo, dan di titik 21 Desa Siring Porong.
"Sedangkan di titik 34 Desa Pajarakan kita mengalirkan air lumpur ke Kali Porong, karena saat ini kondisi tanggul denga permukaan air lumpur sejajar," pungkasnya.
Untuk pengamanan aktivitas perbaikan tanggul, Kabag Ops Polres Sidoarjo Kompol Nurhalim menyiapkan 333 personel gabungan dibantu dari 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob Polda Jatim dan jajaran seluruh Polsek se Polres Sidoarjo.
(bdh/bdh)