Cerita Haru Neneng Relakan Ginjal untuk 'Hidupkan' Adiknya

Cerita Haru Neneng Relakan Ginjal untuk 'Hidupkan' Adiknya

- detikNews
Jumat, 28 Nov 2014 15:57 WIB
Dewi (bawah kanan), Neneng (bawah kiri), Dirut RSHS (kerudung krem)
Bandung - Rasa sayang pada keluarga dan adiknya, Neneng Nusaaadah (45) rela memberikan satu ginjalnya untuk Dewi Nenengsolehah (32). Butuh waktu bagi ia memantapkan hati dan juga membuat anak semata wayangnya mengerti dengan keputusannya yang diambil.

Diceritakan Neneng, Dewi adik bungsunya itu dinyatakan menderita gagal ginjal pada September 2013 lalu.

"Saya berada di samping Dewi saat dia divonis gagal ginjal. Saya juga yang selalu rutin mengantar dia cuci darah," tutur Neneng saat jumpa pers Transplantasi Ginjal di ruang pertemuan Paviliun Parahyangan RSHS, Jalan dr Eyckman, Jumat (28/11/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena seringnya mengantar, ia kerap bertemu dengan pasien-pasien gagal ginjal lainnya serta dokter-dokter. "Saya banyak bertemu dan mengobrol dengan sesama penderita. Secara nyata melihat bagaimana mereka menjalani," katanya.

Adiknya yang berprofesi sebagai dokter itu seperti kehilangan semangat. "Dewi itu dokter yang mobile tingkat tinggi. Awalnya dia masih pede buka praktik, tapi lama-lama dia bilang saya saja sakit, apa ada yang percaya berobat sama saya. Akhirnya berhenti (praktik)," tutur Neneng.

Belum lagi waktu yang dihabiskan untuk cuci darah 2-3 kali dalam seminggu juga membuat lelah. Setelah banyak mengobrol dengan pendonor lain, dokter hingga browsing internet Neneng pun menyatakan kesiapan untuk menjadi donor untuk adiknya.

Rasa ingin membantu dengan memberikan ginjalnya itu karena rasa sayang pada adik dan keluarganya. Karena saat Dewi sakit, tak hanya Dewi yang menderita melainkan keluarga termasuk ibu mereka, Nurjanah (63) pun turut bersedih.

"keluarga juga ikut sakit, saya, ibu. Semua. Saya berpikir, saya bukan hanya membantu menyembuhkan Dewi saja, tapi juga menyembuhkan sakit keluarga saya," tutur Neneng dengan haru.

Dalam prosesnya, Neneng mengaku kerap dihantui kegaulan atas pilihannya itu. Apalagi anak semata wayangnya yang berusia 16 tahun terasa begitu berat.

"Meyakinkan anak saya yang paling susah. Saat ditanya boleh tidak saya donor ginjal, dia bilang takut saya meninggal," katanya sambil berkaca-kaca.

Ia pun berusaha memberikan pengertian, dengan membawanya ikut cuci darah dan mengobrol dengan dokter hingga akhirnya berbesar hati mengizinkan pilihan ibunya itu.

Dalam proses pemeriksaan organ dan persiapan lainnya, Neneng menyatakan niatnya itu makin mantap.

"Proses sampai hati mantap itu berangsur-angsur. Saya juga didampingi psikiater untuk sharing, curhat. Grafiknya bagus lah kalau dari awal. Semakin hari semakin mantap hati," tuturnya.

Sejak memberikan ginjalnya pada Sabtu (15/11/2014), Neneng baru bertemu secara langsung dengan adiknya hari ini. Meski tak bisa lama dan harus menggunakan masker.

(tya/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads